Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

MENJADI MUSLIM PEDULI LINGKUNGAN

MENJADI MUSLIM PEDULI LINGKUNGAN
(Buletin Jum’at SAKINAH, DPU Daarut Tauhid Edisi 348 / Th IV / Februari 2012)

 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” (QS. Al Baqarah: 30)

Akhir-akhir ini, media massa banyak membicarakan tentang isu-isu lingkungan. Hal ini juga tidak terlepas dari kerusakan lingkungan yang mengundang datangnya bencana alam, terutama banjir dan tanah longsor. Bencana yang lain di antaranya badai, angin puting beliung, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, kekeringan, kebakaran hutan, dan lain-lain. Sebagian dari bencana itu terlihat terjadi secara alami namun sebagian yang lain terlihat jelas terjadi akibat aktivitas manusia.
Di abad ke-21 ini, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana yang terkait iklim. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang semakin kompleks disertai dengan penggunaan mesin-mesin yang tidak ramah lingkungan. Asap yang keluar dari pabrik-pabrik serta kendaraan menjadi pemicu terjadinya efek rumah kaca. Akibatnya terjadilah pemanasan global, suhu di atmosfer bumi semakin meningkat. Pemanasan global tidak hanya berhenti pada peningkatan suhu bumi. Ia diikuti oleh bencana-bencana lain.
Pada hakikatnya manusia diciptakan ke bumi ini adalah sebagai kholifah bumi. Artinya manusia menjadi wakil dari Allah untuk mengatur bumi. Allah menciptakan bumi untuk manusia. Hal ini bukan hanya pada pemanfaatan hasilnya tetapi juga pada penjagaan bumi. Dengan demikian keberlangsungan kehidupan manusia di bumi berada di tangan manusia. Allah SWT berfirman: “Dialah Yang telah menciptakan untuk kamu semua yang ada di bumi” (QS. Al Baqarah: 29)

Maka dari itu manusia seluruhnya bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup di bumi, terutama umat Islam. Allah SWT dan Rasul SAW mengajarkan kita untuk peduli pada lingkungan. Di dalam Islam, Al Qur’an dan Sunah secara jelas mengatur hubungan manusia dengan alam semesta di samping hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia. Spirit yang dibangun adalah spirit melindungi (konservasi) dan tidak melakukan kerusakan bukan semangat eksploitasi atau mengeruk bumi beserta segala isinya tanpa peduli akibatnya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi adalah untuk kepentingan manusia. Untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di bumi maka manusia harus menjaganya sesuai dengan amanah manusia sebagai kholifah di muka bumi ini. Hal ini adalah untuk menopang kehidupan manusia sehingga tetap bisa dipertahankan. Allah SWT berfirman: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. Al Hijr: 19-20)
Di samping semangat konservatif, Allah SWT juga melarang manusia untuk melakukan kerusakan di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS.Al A’raf: 56)
Betapa besar anugerah dan nikmat dari Allah SWT memperbaiki bumi yang dirusak oleh manusia. Sebagai contoh sederhana adalah saat hujan turun. Debu-debu dan partikel-partikel kecil di udara akan ikut turun ke tanah bersamaan dengan air hujan yang turun dari langit. Karena itu setelah hujan turun udara di sekelilingnya akan menjadi segar. Demikian juga senyawa-senyawa beracun di udara yang tidak bisa terurai kecuali dengan energi yang sangat tinggi. Kemudian Allah SWT menciptakan petir untuk menguraikan senyawa-senyawa tersebut sehingga bermanfaat kembali untuk kepentingan manusia. Betapa manusia akan menjadi manusia yang sangat rendah derajatnya di mata Allah SWT karena telah melakukan perusakan di muka bumi setelah Dia memperbaikinya.
Sumber utama ajaran Islam, Sunah Rasul SAW juga memberikan banyak petunjuk bagi manusia agar menjaga dan merawat lingkungan dengan baik serta tidak merusaknya. Kepedulian Rasulullah SAW pada lingkungan tidak hanya terbatas pada komponen abiotik lingkungan hidup tetapi juga terhadap hewan dan tumbuhan komponen biotik ekosistem bumi. 
Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh). Ia mengatur segala urusan manusia baik dalam hubungan dengan Allah SWT, Sang Pencipta maupun dengan sesama makhluk citaannya termasuk manusia dan alam semesta. Sehingga Islam mampu menjadikan dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam melalu pribadi Rasul dan umat Islam. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Anbiya’ (21) ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Dan salah satu bentuk rahmat itu ketika manusia menampilkan prilaku baik terhadap alam seperti yang telah digariskan dalam ajaran Islam melalui Al-Qur’an maupun hadits Al-Hadits.

Syah Azis Perangin Angin, S.Th.I

Magister Ilmu Lingkungan Univ. Diponegoro Semarang.
Share:

MEMAHAMI HAKIKAT HIDUP

MEMAHAMI HAKIKAT HIDUP
(Buletin Jum’at SAKINAH, DPU Daarut Tauhid Edisi 354 / Th IV / April 2012 M)


“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya beribadah kepadaku”.
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Hidup di dunia ini hanya sementara. Walaupun sementara, tetapi ia merupakan sebuah jembatan menuju kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Karena itu kita harus mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk dibawa ke akhirat kelak. Yaitu dengan cara beribadah kepada Allah SWT, menjadikan diri sebagai hamba Allah SWT. Karena pada hakikatnya, manusia adalah hamba Allah. Dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat [51]: 56 Allah SWT berfirman, yang artinya “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya beribadah kepadaku”.

Untuk memahami secara mendasar mengenai hakikat hidup maka ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dipahami yaitu dari mana kita berasal, bagaimana dan untuk apa kita hidup, serta ke mana setelah mati nanti. Hal ini perlu kita pahami agar hidup kita di dunia ini menjadi terarah dengan baik. Tidak seperti layangan yang terputus, atau buih yang dihempaskan oleh gelombang laut atau bahkan seperti kapal tanpa nakhoda yang suatu saat bisa menabrak karang sehingga mengakibatkan kehancuran pada kapal tersebut.

Terkait dengan dari mana kita berasal, bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk cipataan Allah SWT. Manusia tidak hadir dengan sendirinya. Apalagi hasil dari evolusi makhluk dari satu bentuk ke bentuk lain. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasul yang menyebutkan bahwa manusia adalah cipataan Allah SWT. Di antaranya terdapat Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2]: 21 yang artinya, “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.”

Terkait dengan untuk apa dan bagaimana manusia ini hidup di dunia, maka jawabannya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perinta-Nnya dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah [98]: 5, “Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”

Sedangkan pertanyaan yang terakhir terkait dengan ke mana manusia setelah mati, maka jawabannya adalah bahwa setelah mati akan ada hari kiamat / hari akhir. Hari tersebut merupakan hari yang didahului dengan musnahnya alam semesta ini. Sehingga seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan mati, dan bumi pun akan berganti, bukan seperti bumi atau langit yang kita rasakan saat ini. Selanjutnya Allah SWT menciptakan alam lain yaitu alam akhirat. Di sanalah manusia akan dihidupkan lagi setelah mati dan menjalani kehidupan yang kedua kalinya. Setiap jiwa akan ditimbang seluruh amalannya baik yang berupa kebaikan maupun keburukan. Selanjutnya manusia akan ditempatkan di surga atau neraka sesuai dengan timbangan amalannya semasa di dunia. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun [23]: 15-16 yang artinya, “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu di Hari Kiamat.”

Di samping kita mempersiapkan diri untuk menuju kehidupan akhirat, kita tentu tidak boleh melupakan kehidupan dunia karena kehidupan dunia merupakan sarana untuk menuju kehidupan akhirat. Baik buruknya kehidupan kita di akhirat tidak terlepas dari baik atau buruknya kehidupan kita di dunia saat ini. Setiap usai sholat, kita sering berdoa agar Allah memberikan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kita tidak menjadi timpang.

Seorang sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a. pernah menyebutkan, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok.” Ungkapan tersebut sangat tenar di kalangan kaum muslimin sehingga banyak yang menyebutkan bahwa ini adalah sebuah hadits meskipun sebenarnya bukan hadits Rasululullah. Meski demikian ungkapan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu penyemangat hidup kita sehingga kita rajin bekerja dan rajin beribadah. Bahkan pekerjaan yang sifatnya duniawi juga bisa dijadikan sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah untuk mempersiapkan hari akhir kelak. Caranya adalah dengan menjadikan segala aktivitas hanya untuk mendapatkan ridho Allah semata, lillahi ta’ala.

Melalui jawaban tentang tiga pertanyaan mendasar di atas yaitu “dari mana manusia berasal?”, “untuk apa manusia hidup?” dan “ke mana setelah mati?”, tersingkaplah dengan gamblang hakikat hidup seorang muslim, dari mana awalnya dan di mana ia akan berakhir. Sungguh hakikat hidup seorang muslim yakni untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakannya di dunia, agar kelak bisa hidup bahagia kekal abadi di surga. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan semacam ini, maka hidupnya tentu tidak terarah dan sia-sia karena tidak ada tujuan dan cita-citanya. Maka, hidup seorang muslim adalah hidup dengan misi yang agung, hidup yang terarah dan mantap, serta hidup yang bermutu tinggi dengan keyakinan akan kegemilangan hidup hakiki yang abadi di akhirat kelak.

Syah Azis Perangin Angin, S.Th.I 
Ketua Forum Lingkar Pena 2011 - 2013
Share:

UTHB Angkatan #96: Menuju Masa Depan yang Lebih Baik

Photo bersama Bpk. Edy Darmoyo (TPC Corporation) dan Bpk. Ahmad Mirza (Owner Toko Jam YASMIN)
Hai sahabat InspirAzis! Apa kabar kalian hari ini? Saya doakan, semoga selalu dalam lindungan Allah subhanahuwata’ala dan senantiasa mendapatkan keberlimpahan berkah dari-Nya. Kali ini InspirAzis ingin berbagi kepada sahabat sekalian mengenai pengalaman yang aku dapatkan ketika mengikuti Pelatihan Ummat Terbaik Hidup Berkah (UTHB) angkatan #96. Program ini dilaksanakan di Asoka Hall Hotel Grasia Semarang pada hari Sabtu-Ahad tanggal 21-22 Maret 2015 oleh TPC Corporation. Peserta yang ikut pelatihan ini sekitar 30 orang dari delegasi berbagai instansi baik dari dalam kota maupun dari luar kota.

Sebelumnya aku sungguh tidak ada rencanaan untuk berangkat ke acara UTHB. Namun karena ada instruksi dari pihak manajemen tempat saya kerja untuk mendelegasikan dua atau tiga orang karyawan akhirnya aku mencari rekan kerja yang bisa berangkat. Acaranya hari sabtu, tapi baru dapat instruksi hari Jum’at sore. Hasilnya, tidak ada di antara rekan kerjaku yang bisa berangkat. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk berangkat bersama Istri ku yang juga rekan satu kantor. Dari info yang aku dapat, bahwa acara mulai jam 09.00 Wib. Ternyata jam 7.30 sudah registrasi dan dimulai pukul 08.00 wib. Karena paginya juga aku ada janji untuk wawancara dengan calon wali santri tempat ku kerja, akhirnya aku terlambat satu sesi dari acara UTHB tersebut.

Setelah mengikuti acara tersebut, aku hanya merasakan pengalaman spiritual yang luar biasa. Aku merasakan bahwa kehadiranku di acara UTHB ini merupakan cara Allah mengajariku tentang perubahan dan perbaikan diri agar hidup semakin baik dan semakin berkah. Aku akui bahwa akhir-akhir ini aku sedikit tidak nyaman bekerja di tempatku bekerja apalagi posisiku sebagai kepala yang terkadang melihat kinerja atau sikap karyawan yang kurang sesuai dengan yang aku harapakan. Setelah mengikuti UTHB ini aku mulai berfikir bahwa yang pertama yang harus dibenahi adalah diriku sendiri dan tidak boleh mengeluh karena kondisi-kondisi luar yang tidak aku inginkan.

Selama dua hari full mulai jam 08.00 wib sampai jam 17.30 wib, ada banyak ilmu dan pengalaman yang aku peroleh. Kegiatannya bagiku begitu berkesan, apalagi diisi oleh para trainer yang handal, di antaranya Pak Edy Darmoyo, Pak Ahmad Mirza, dan Pak Ahmad Mirza. Mereka adalah orang-orang yang sudah sukses di bidangnya masing-masing. Ada banyak inspirasi yang menggunggah yang mereka tularkan kepada kami semua. Aku berharap pada Pelatihan UTHB yang akan dating semua karyawan di tempatku kerja dapat berangkat semua dan menimba ilmu bersama-sama.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pelatihan UTHB ini. Selain menambah relasi, aku memahami bahwa ternyata selama ini ada mind set yang salah yang melekat pada diriku. Perasaan tidak yakin, tidak percaya diri, hidup tidak terarah, merasa penuh keterbatasan. Hal-hal ini haruslah dibuang jauh-jauh agar kita memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ada perasaan optomis, sehingga ada dorongan untuk berubah menjadi lebih baik dengan tujuna hidup yang kita miliki.

Sekarang aku merasa agak lega, karena kekhawatiran-kekhawatiran yang selama ini aku takutkan, aku mulai membuangnya jauh-jauh. Aku akan berusaha untuk membuat perencanaan-perencanaan hidup yang lebih matang dan terarah. Tujuan jangka penjang yang menjadi visi hidupkua yang aku rencanakan ada tiga yaitu: 1) aku menjadi guru peradaban, 2) aku menjadi triliuner dermawan, dan 3)menjadi penulis best seller. Aku bersyukur kepada Allah bahwa ketika aku mati nanti aku dikenanang sebagi tiga orang yang sudah aku sebutkan. Sedangkan untuk tujuan jangka pendekku untuk satu tahun yang akan dating tepatnya pada tanggal 22 Maret 2016, saat itu nanti: 1) aku sudah memahami konsep pendidikan dengan benar dan bisa menjadi pendidik yang dirindu para murid, 2) aku sudah memiliki penghasilan Rp. 5.000.000,- per bulan dan telah melunasi hutang-hutangku, dan 3) aku sudah menulis satu buah buku.

Aku berharap pelathan ini akan terus berlanjut sehingga dapat mencerahkan lebih banyak orang lagi. Aku juga berharap ada follow up dari program yang sudah dua hari aku jalankan sehingga menjadi berkesinambungan. Dan ada tahap-tahap lanjutan yang perlu saya lakukan. Selanjutnya saya ucapkan Jazakumullah khairan kepada tempat aku bekerja yang telah mendelegasikanku, kepada seluruh panitia yang sudah menyelenggarakan acara dengan sebaik-baiknya, kepada para trainer yang dengan sungguh-sungguh menyampaikan materi.

Dan tidak lupa aku ucapkan jazakumullah khairan katsiran kepada istrku yang setia menemaniku dan mengikuti acara hingga selesai walaupun kondisi fisiknya agak kurang sehat. Semoga apa yang kita rencanakan dan kita cita-citakan hari ini dapat dimudahkan oleh Allah subhanahuwata’ala sehingga kelak bisa terwujud. Terakhir aku memohon kepada Allah agar ia senantiasa member petunjuk dan hidayah sehingga tujuan-tujuan hidupku dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. AMIIN…

Bukit Kencana. Sabtu, 23 Maret 2015.
Share:

SEMINAR NASIONAL: SAATNYA KEMBALI KE POLA PENDIDIKAN RASULULLAH

Semarang, 07 Maret 2015 (Sabtu), Kuttab Al-Fatih Semarang kembali menyelenggarakan seminar pendidikan bertajuk “Saatnya Kembali Ke Pola Pendidikan Rasulullah” dengan pembicara Ustadz Budi Ashari, Lc. (Pendiri dan Pembina Kuttab Al Fatih, Host program Khalifah Trans7). Acara ini terselenggara atas kerjasama Kuttab Al-Fatih Semarang dengan SAIBAH Umrah dan Haji Plus, ICMI Jawa Tengah, dan Training Organizer TPC CORPORATION. 

Acara ini diadakan di Asoka Hall, Hotel Grasia, pada pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB dan diikuti oleh sekitar 250 orang peserta. Mereka terdiri dari orang tua santri Kuttab Al-Fatih Semarang, dan orang tua calon santri, serta delegasi dari organisasi dan lembaga pendidikan Islam yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya. Adapun tujaun dari seminar ini adalah untuk mengkaji pola pendidikan Rasulullah yang telah menghantarkan Islam memimpin peradaban dunia lebih dari 10 abad. Di mana sejarah itu telah dikubur dalam-dalam, sehingga saat ini, Pola Pendidikan Rasulullah rasanya sangat asing. 

Tidak ada jenjang pendidikan sebelum KUTTAB dan tidak ada jenjang pendidikan setelah MADRASAH. Kesederhanaan jenjang inilah yang merupakan salah satu ciri khas Islam di segala bidang. Islam berciri mudah, sederhana, efektif dengan segala hasil yang dahsyat. KUTTAB merupakan lembaga pendidikan untuk anak usia 5-12 tahun, dan MADRASAH - jenjang setelah KUTTAB- inilah yang merupakan jenjang terakhir dalam pendidikan Islam. Itu artinya Madrasah adalah jenjang yang setara dengan MTs, MA, dan Universitas. 

Kurikulum Kuttab mendasarkan pada hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Jundub bin Abdillah radhialllahu’anhu. Beliau mengatakan “Kami belajar iman sebelum kami belajar Al Quran, ketika kami belajar Al Quran maka iman kami semakin bertambah.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani). Al-Qur’an bekerja dengan cara yang sangat dahsyat dalam diri generasi. Kandungannya adalah petunjuk dan panduan seluruh ilmu yang bermanfaat bagi perdaban manusia. Produk hasil kurikulum tersebut adalah adalah orang-orang besar seperti Imam Syafi’I, Imam Nawawi, Al Khawarizmi, Umar bin Abdul Aziz, dan Muhammad Al Fatih. Rata-rata mereka telah hafal Al Quran di usia 10 tahun. 

Dengan semangat lahirnya kembali generasi yang gemilang di usia belia, kami berusaha melahirkan kembali keutuhan konsepnya. Ya Allah, bimbinglah kami…
Share: