Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Ramadhan: Bulannya Kekasih Allah


Ramdhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Hal ini karena terdapat banyak sekali fadhilah yang dapat diperoleh di dalamnya. Di antaranya bahwa di bulan Ramadhan amalan wajib dilipatgandakan pahalanya sebanyak tujuh puluh kali lipat sedangkan amalan sunnah disamakan dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan. Padahal di luar bulan Ramadhan, setiap kebajikan pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Rasulullah SAW menyebutkan, “Dalam bulan biasa, pahala setiap kebajikan dilipatgandakan 10 kali lipat, namun dalam bulan Ramadhan pahala amalan wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan amalan yang sunah disamakan dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan.” (HR. Muslim)

Oleh karena itu pada umumnya umat Islam berlomba-lomba meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya di bulan Ramadhan. Ramadhan juga ibaratnya adalah sebagai madrosah, sedangkan orang mukmin adalah muridnya, puasa adalah pelajarannya kemudian derajat taqwa adalah nilai rapornya. Baik buruknya nilai tersebut tentu tergantung dari baik buruk ibadah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan.

Di bulan Ramadhan, puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang mu’min. Ia tidak bisa dikerjakan di bulan lain selain di bulan Ramadhan. Kecuali kalau ada halangan syar’i yang membolehkannya berbuka. Karena itu, bulan Ramadhan juga disebut sebagai syahru shiyam (bulan puasa). Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah [2]: 183, “Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Rasulullah SAW juga telah bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhari). Dalam hadits lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunahkan shalat pada malam harinya. (HR. Ahmad).

Dalam surat al-Baqarah [2]: 183 disebutkan bahwa panggilan untuk menjalankan ibadah puasa ditujukan bagi orang-orang yang beriman. Iman sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW kepada para sahabat, ketika malaikat Jibril a.s. datang menyerupai manusia mengajarkan agama Islam, menyebutkan, “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada Qadar baik dan buruknya. (HR. Muslim). Jadi barang siapa yang telah meyakini hal-hal di atas dengan sepenuh hati dan diamalkan dalam perbuatan maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang beriman. Dalam surat al-Hujurat [49]: 15 Allah SWT menyebutkan, “Sesungguhnya orang mukmin sejati adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”

Sedangkan di akhir bulan Ramadhan, seorang mukmin yang telah menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya akan mendapatkan nilai. Hasil dari ibadah yang telah dilakukan selama sebulan penuh. Predikat tersebut adalah derajat taqwa. sebagaimana disebutkan di akhir ayat dalam surat al-Baqarah [2]:183.

Secara bahasa, taqwa berarti takut, takut bukan dalam rangka menghindar, tapi mendekatkan diri kepada Allah. Ada juga yang menafsirkan taqwa dari huruf-huruf penyusunnya yaitu ‘ta’, tawadhu’ (rendah hati); ‘qaf’, qona’ah (rela dengan apapun yang diberikan Allah), wira’i (menahan diri dari segala sesuatu yang haram dan yang dapat menjauhkan diri dari Allah), dan ‘ya’, yaqin (yakin bahwa kesusahan dan kepahitan hidup ini tidak akan berlangsung selama-lamanya). Kajian mengenai taqwa sangatlah luas. Namun secara sederhana, taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Dengan mendapatkan predikat ini seorang mukmin akan menjadi pribadi yang mulia di hadapan Allah SWT karena yang menjadikan seseorang mulia di sisi Allah adalah ketakwaannya. Dalam surat al-Hujurat [49]: 13 yang artinya, “sesungguhnya yang menjadikan kamu mulia di hadapan Allah adalah ketakwaanmu”.

Di akhir Ramadhan nanti kita bisa mengevaluasi diri. Apakah kita sudah mendapatkan predikat taqwa sebagaimana yang dijanjikan Allah. Predikat tersebut tidaklah datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan kerja keras selama satu bulan berperang melawan hawa nafsu. Jika belum tergapai, mungkin karena ketika Ramadhan kita belum mengisi hari-hari kita dengan penuh rasa keimanan dan mengharap ridha Allah SWT.

Sedangkan orang-orang yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi kekasih Allah SWT. Begitu tegas Allah menyatakan dalam surat Ali Imran [3]: 76, “maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”. Innallaha yuhibbul muttaqin, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, petikan ini juga termaktub dalam surah at-Taubah [9] ayat 4 dan 7. Dari sini dapat dipahami bahwa bulan Ramadhan merupakan bulannya kekasih Allah. Wallahu a’lam bishshowab.
Share:

Pesan Rasul untuk Umat Islam Abad 21

Dalam membaca zaman tentang perihal fase kehidupan umat manusia khususnya umat Islam, minimal ada 2 (dua) dalil hadits yang dapat dijadikan sebagai petunjuk. Hadits ini mungkin sudah populer di dengar oleh Umat Islam, hanya saja tidak terlalu banyak yang mau memahaminya secara mendalam atau mungkin hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja. Padahal jika dilihat secara mendalam hadits tersebut dapat dijadikan sebagai sandaran untuk membaca zaman yang sedang berlangsung khususunya kita yang hidup di abad 21 ini. Dalam hadits tersebut dengan jelas disebutkan apa pesan Rasul untuk kita yang hidup di abad ini.


Hadits pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. “Periode an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan ‘aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.”


Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa priode kehidupan kaum muslimin atau umat manusia terbagi menjadi 5 fase, mulai dari fase kenabian, khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah, fase mulkan ‘aadhdhan, mulkan jabbriyan, dan fase khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Sebagian besar kaum muslimin bersepakat bahwa hari ini kita berada pada fase mulkan jabbriyan. Artinya 3 fase telah terjadi, dan 1 fase sedang berlangsung. Maka fase yang ke-empat ini tinggal menunggu waktu berakhirnya. Dan akan hadir fase yang ke-5 yaitu kembali kepada fase kekhilafahan berdasarkan manhaj kenabian.


Fase yang ke-5 ini adalah merupakan fase yang memiliki nilai yang positif sama halnya seperti fase kedua yaitu persatuan umat Islam yang dipimpin oleh pemimpin yang mendapatkan petunjuk (al-khalifah ar-rasyidah). Maka pada fase ini tatanan kehidupan umat Islam akan kembali seperti dulu para sahabat yang mulia memimpin kaum muslimin. Dan fase ini niscaya akan terjadi, karena sudah disebutkan dalam hadits. Dan kita kaum muslimin harus yakin dengan hal ini, jika kita ragu maka patut juga diragukan keimanan kita. Perwujudan fase yang ke-5 ini lah yang merupakan salah satu pesan Rasul untuk kita yang hidup di abad 21 ini. Sehingga kita harus ikut andil dalam mewujudkan fase ini meskipun dengan peran yang berbeda-beda. Yang penting tujuannya mengarah pada penegakan kekhilafahan atas manhaj kenabian. Meskipun mungkin bukan kita yang akan mewujudkannya hari ini, tapi kita bisa mengambil peran menjadi orang yang membuat jembatan bagi generasi setelah kita untuk mewujudkannya.


Pesan Rasul yang kedua dapat dilihat dalam hadits tentang pembukaan kota Konstantinpel dan Kota Roma. Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: "Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma?” Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: “Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: ‘Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/ Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel. (HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)


Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa Konstantinopel sudah dibuka oleh Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453. Sekitar 8 abad setelah hadits tersebut diucapkan oleh Rasulullah baru kemudian Konstantinopel dapat ditaklukkan oleh umat Islam. Dan masih ada satu kota yang disebutkan dalam hadits itu yang belum dibuka yaitu Roma. Hadits ini juga menunjukkan bahwa ada pesan Rasul untuk kita yang hidup di abad 21 ini yaitu penakhlukan Kota Roma. Hadits ini pun niscaya akan terjadi karena sudah disebutkan oleh Rasulullah. Jika kita meragukannya maka iman kita pun patut diragukan karena meragukan yang sudah disampaikan oleh Rasul.


Konstantinopel sudah dibuka, sedangkan Roma belum. Oleh karena itu tentu tidak terlalu berlebihan jika dikatakan Roma sedang menanti kita. Tingga kita apakah mau mengambil peran dalam pembukaan Roma seperti yang pernah dipesankan Rasulullah. Sama seperti penegakan kekhilafahan, mungkin bukan kita yang akan membuka Roma tapi ada usaha untuk menuju ke sana. Apakah nanti akan dibuka oleh anak kita, cucu kita, atau oleh anak cucu kita atau entah kapan. Tapi kita hendaklah memiliki andil untuk merakit jembata menuju pembukaan Roma.


Ada hadits lain yang cukup masyhur tentang penakhlukan Konstantinopel yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. "Konstantinopel akan ditaklukkan oleh tentara Islam. Pemimpinnya adalah sebaik-baik pemimpin, tentaranya adalah sebaik-baik tentara". Di hadits ini disebutkan kata pemimpin dan pasukan. Ada isyarat bahwa Roma akan ditaklukkan dengan peperangan, dan seperti itulah yang telah terjadi. Sedangkan dalam penakhlukan Roma tidak disebutkan tentang pemimpin dan pasukan. Maka bisa jadi dalam penakhukan Roma tidak dilakukan dengan jalan peperangan, tapi dengan cara lain.


Dari dua hadits di atas dapat dipahami dua pesan yang diperuntukkan bagi umat Islam yang hidup di abad 21 ini, penegakan khilafah atas manhaj kenabian, dan pembukaan Roma. Kedua hal tersebut niscaya akan terjadi. Sekarang keputusan ada di tangan kita, apakah kita mau terlibat di dalamnya atau hanya akan menjadi penonton saja. Kita bisa mengambil segala bentuk peran yang bisa kita lakukan. Dan meskipun tidak terjadi di zaman kita di abad 21 satu ini, minimal kita membutkan jembatan yang akan dititi oleh generasi-generasi setelah kita. Semoga Allah ridhai dan Allah mudahkan. Amin.


Semarang, 27 April 2017
Share: