Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Oh My Bone, Segera Sembuh Ya.

Sebulan yang lalu, tepatnya pada hari Ahada tanggal 21 September 2014, aku mengalami kecelakaan di sekitar jalan arteri Soekarno Hatta Semarang. Kecelakaan tersebut terjadi di siang hari setelah kembali dari sebuah rencana pertemuan dengan teman-teman yang tidak jadi di kampus Univ. Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang. Meski sudah satu bulan, namun tulangku terutama bagian bahu dan siku-siku masih belum sembuh total. Aku yakin kecelakaan yang menimpa itu merupakan bentuk kasih sayang yang Allah SWT berikan kepadaku agar aku senantiasa mengingat Dia.

Kecelakaan tersebut terjadi antara diriku dan kendaraan roda dua yang lain yang sedang ingin menyeberang. Karena peunjuk di jalan tersebut menunjukkan jalan terus bagi yang lurus, maka aku jalan terus. TIdak disangka dari arah kiri ada kendaraan yang mau menyeberang dan aku tidak lihat dan aku juga tidak menyangka lampu menunjukkan merah bagi kendaraan yang masuk ke jalan woltermongonsidi. Karena kaget, aku tidak sempat menghindar dan akhirnya menabrak kendaraan tersebut tetapi malah aku yang terjatuh. Sedangkan lawan kecelakaan tidak apa-apa. Akibat kecelakaan tersebut, aku dibawa ke klinik terdekat dan mendapat perwatan terutama untuk luka-luka lecet.

Pada saat kejadian, ada luka-luka lecet di bagian kaki, lutut, dan siku. Alhamdulillah langsung diobati dan sekarang sudah sembuh. Namun yang sangat aku tidak duga adalah, ternyata tulang bagian bahuku kiriku ada yang patah, dan retak di bagian dada dan masih terasa nyeri sampai sekarang. Hal itu baru aku ketahui setelah sekitar satu pekan setelah kejadian tersebut.

Sore hari setelah kejadian, aku memang langsung dijemput oleh mertua untuk diurut di Kendal. Dan pada malam hari kejadian tersebut langsung diurut oleh orang yang biasa mengurut orang yang keseleo akibat jatuh. Dua hari kemudian aku masih diurut oleh orang yang sama. Karena merasa agak sedikit baikan aku kembali ke semarang.

Kondisiku belumlah sembuh total sehingga aku direkomandasikan oleh rekan kerjar ke tukang urut yang ia kenal. Dan aku langsung ke sana bersama istri dengan harapan mungkin tukang urut ini lebih ahli. Sungguh tidak disangka, pijitannya sangat sakit sampai aku hampir mau menangis. Namun tetap bertahan, berharap supaya segera sembuh.

Beberapa hari kemudian ternyata tulang bagian bahu masih terasa sakit, dan kali ini bertambah. Di dada pun terasa sakit. Sang istri mengajakku untuk urut kembali. Namun karena sakit, aku masih belum mahu. Sehingga akhirny muncul inisitif untuk ke dokter dan supaya di rontgen. Sungguh tidak aku sangka ternyata hasil rontgen menunjukkan bahwa tulang bahu kiriku ada yang patah. Sang dokter menyarankan agar aku ceck kembali di bagian bedah tulang karena sepertinya patahan tersebut harus dioperasi dan disambung menggunakan kawat.

Setelah berkonsultasi dengan keluarga maka mereka tidak setuju untuk bedah tulang, tetapi lebih menyarankan berobat di sangkal putung (dukun patah). Aku dijemput lagi oleh mertua untuk berobat ke sangkal putung di Kendal. Pak Andi, namanya. Dia adalah ahli dukun patah yang cukup terkenal di daerah kecamatan Pegandon, Kendal. Sekilas aku melaihat tempat perawatannya juga cukup professional. Akhirnya aku pun setuju untuk berobat di tempat ini.

Aku menunjukkan hasil rontgen tulangku yang kelihatan sudah tidak menyatu lagi. Pak Andi tersebut menyatakan bahwa tulangku yang patah tersebut insya Allah bisa sembuh. Aku segera dibawa ke ruang urut oleh anaknya yang katanya telah diajari untuk megurut. Menurut Pak Andi tersebut, dia biasa mengurut pasien yang sudah cukup parah. Sedangkan aku, menurut ukurannya belumlah parah banget. Dan aku segera diurut sang anak. Sambil mengurut, aku juga dikasih tahu beberapa bagian tulangku yang perlu dibenari. Terutama di bagian dada yang mengalami keretalan.

Aku sudah dua kali urut ke Pak Andi. Hasilnya lumayan. Sekarang aku sudah mulai bisa beraktvitas meskipun belum sembuh total. Menurutku wajar, karena menurut penuturan sebagian orang bahwa kalau patah tulang atau retak memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh. Pak Andi sendiri tidak bisa menjamin berapa lama untuk bisa sembuh. Namun salah satu bentuk profesionalisme beliau, bahwa untuk tarif pengobatan, biasanya beliau menentukan terlebih dahulu berapa yang harus dibayar sampai nanti sembuh total. Seperti halnya aku yang ditarif Rp. 300.000 sampai sembuh. Tidak terbatas berapa kali berobat. Dan biasanya melakukan pengontrolan kembali setelah tujuh atau sepuluh hari. Kendati demikian ada juga pasien yang berobat ke sana dan membayar seikhlasnya.

Setelah melakukan ikhtiar baik di medis dan pengobatan alternatif, sekarang tinggal tawakkal berharap Allah SWT segera member kesembuhan pada tulangku yang masih belum sembuh total ini. Sehingga nanti aku bisa beraktivitas seperti biasanya. Oh My Bone, Segera Sembuh Ya.

Semarang, 19 Oktober 2014.

Share:

Antara Semarang dan Medan


Tidak terasa sudah sembilan tahun aku tinggal di Semarang sejak pertama sekali menginjakkan kaki di Kota Atlas ini pada bulan September 2005 silam. Sudah terlalu lama rasanya aku jauh dari keluarga. Sungguh dulu tujuan utamaku ke Semarang adalah untuk melanjutkan pengembaraan ilmu setelah menyelesaikan pendidikan di MA Darularafah, Deli Serdang - Sumatera Utara. Alhamudlillah apa yang aku tuju dulu sudah tercapai bahkan melebihi dari yang aku inginkan. Sekarang aku telah menyelesaikan pendidikan S2 Ilmu Lingkungan di Universitas Diponegoro, Semarang. Selain itu aku juga telah menikah dan memiliki pekerjaan yang cukup di Semarang.
Namun, akhir-akhir ini aku sedikit agak bimbang memikirkan apa yang harus aku putuskan, antara tetap di Semarang atau kembali ke Medan. Sebelumnya aku tidak pernah berfikir untuk bekerja dan menikah di Semarang, tapi ternyata taqdir berkata lain. Tapi, aku tentu tidak bisa mengabaikan keluarga dan tujuanku. Tujuanku dulu hanyalah menuntut ilmu. Kalau sudah selesai berarti saatnya kembali.
Tapi sekarang kondisinya tidak semudah itu. Aku sekarang sudah memiliki istri orang semarang yang tentu harus juga dirundingkan dengan keluarga yang ada di sini. Di samping itu, aku juga telah bekerja di lembaga pendidikan yang tidak mungkin ditinggal begitu saja. Apalagi aku memiliki amanah yang cukup fital di lembaga tersebut yaitu sebagai kepala.
Akhir-akhir ini tarikan untuk kembali ke Medan cukup kuat. Keluarga khususnya kedua orang tua sering menanyakan tentang kepulangan saya ke Medan. Dan ayah khususnya semakin semakin sering meminta saya untuk pulang. Terutama dalam satu bulan ini, setelah kemarin aku mengalami kecelakaan dan patah tulang. Qadarullah ternyata beberapa hari sebelumnya ayah juga mengalami kecelakaan. Untuk kondisiku sendiri pada saat ini sudah membaik meski belum sembuh total. Namun kondisi ayah masih belum pulih dan katanya sulit untuk jalan. Karena itu aku sangat ingin segera pulang untuk merawat orang tua, khususnya ayah yang sekarang dalam kondisi yang kurang sehat dan usianya yang sudah sepuh yaitu lebih 80 tahun. Demikian juga ibu yang sudah berusia 70 tahun lebih.
Namun di Semarang juga tidak bisa ditinggal begitu saja. Selain masalah pekerjaan, istriku juga masih dalam pengerjaan tesisinya di Magistrer Ilmu Administrasi Publik, Universitas Diponegoro dan dia juga salah satu karyawan di tempatke bekerja. Aku akan berusaha menyelesaikan urusan ini semua. Menyelasikan urusan pekerjaan dan perkuliahan istriku sampai segalanya benar-benar siap. Istri selesai kuliah dan ada yang siap menggantikan kami di kantor.
Aku hanya berdoa memohon kepada Allah semoga Dia memudahkan segala urusan dan memberi kesehatan serta umur yang penjang sehingga bisa segera kembali ke Medan dan berbakti kepada keluarga, khususnya orang tua. Amiin...
Semarang, 17 Oktober 2014.
Share: