Ketika mendengar kata “piramida”, yang terbayang di pikiran kita biasanya adalah sebuah bangunan kuno berbentuk limas yang terletak di Mesir. Bagian bawah lebih besar daripada bagian atas, semakin ke atas semakin sempit dan semakin lancip. Secara prinsip mirip dengan bentuk bangun kerucut, hanya saja kalau piramida bentuknya dasarnya berupa persegi atau persegi panjang sedangkan kerucut lingkaran. Demikian saya akan mencoba menggambarkan pola keilmuan dalam dunia modern.
Coba kita mengingat-ingat sejenak bagaimana dan apa saja yang telah kita pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Di bangku SD kita sangat mempelajari hal-hal yang sifatnya umum, entah itu sesuatu yang berguna untuk kita atau kurang bahkan tidak berguna bagi kita baik di saat itu maupun di masa yang akan datang.
Setelah menamatkan SD lanjut ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau yang umum disebut juga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di tingkat SLTP juga masih hampir sama dengan apa yang dipelajari ketika duduk di bangku SD. Sifatnya masih sangat umum, hanya saja sudah mulai ada pendalaman materi. Kedua jenjang ini, SD dan SMP dalam sistem pendidikan kita merupakan jenjang pendidikan dasar yang harus dikecap oleh setiap orang. Biasa disebut dengan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Setelah menamatkan bangku SLTP lanjut lagi ke tingkat berikutnya yaitu, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang umum dikenal dengan Sekolah Menangan Atas (SMA). Selain SMA ada juga Pendidikan yang setara dengan SMA yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan kita pada level ini memiliki materi yang sudah mulai mengerucut. Sudah mulai ada penjurusan yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan pada sekolah kejuruan, dikhususkan pada keahlian bidang pekerjaan tertentu.
Level berikutnya setelah SMU yaitu perguruan tinggi atau universitas. Secara umum pendidikan tinggi dibagi menjadi dua kategori yaitu IPA dan IPS atau ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu sosial. Terkadang ada juga jurusan tertentu yang tidak terlalu jelas apakah termasuk ilmu eksakta atau sosial. Namun biasanya ada yang mendominasi sehingga dominasi itu akan menentukan apakah termasuk ke dalam jurusan eksakta atau ilmu sosial.
Dalam Pendidikan tinggi terdapat tiga level juga, yaitu program sarjana (S-1), pasca sarjana (S-2), dan doktoral (S-3). Semua level itu piramidanya semakin tinggi semakin spesifik. Pada level S-1 walaupun sudah khusus pada bidang tertentu, pada level S-2 akan semakin khusus lagi, dan pada level S-3, semakin spesifik lagi. Sebenarnya setelah menyelesaikan program doktoral, masih ada jenjang berikutnya yaitu pos-doktoral. Hanya saja pada level ini sifatnya hanya berupa kursus-kursus dengan pendalaman bidang keilmuan atau keahlian tertentu.
Seperti itulah sistem pendidikan kita hari ini, umum dikenal dengan pendidikan modern, keren bukan? Saya menggambarkannya seperti sebuah piramida atau kerucut yang dasarnya lebih besar dibandingkan dengan puncaknya. Di awal-awal pendidikan kita belajar sesuatu yang sangat umum, semakin tinggi semakin mengerucut, semakin spesifik, semakin lancip.
Dalam bayangan konyol saya, sistem pendidikan kita yang seperti ini akan menciptakan manusia yang semakin tinggi pendidikannya tatapi semakin sedikit ilmunya walaupun semakin mendalam. Kekhawatiran saya yang lain, sistem pendidikan model ini akan menghasilkan para ilmuan parsial. Mereka memahami ilmu pengetahuan hanya bidang tertentu.
Dan menjadi bertambah parah karena tidak dikaitkan dengan bidang keilmuan yang lain. Bagaimana mau mengaitkan ke bidang lain, sedangkan mereka tidak memiliki keahlian di bidang lain. Hal ini juga bisa mempengaruhi kepribadian seorang ilmuan. Mereka yang spesifik ilmunya bidang eksakta bisa jadi menjadi orang yang sangat statis dan kaku. Dan mereka yang memiliki dasar ilmu sosial, menjadi orang yang sangat dinamis. Bahkan, Ketika terlanjur, menjadikan manusia yang tidak memiliki keteraturan hidup dan tidak pendirian.