MENJADI MUSLIM PEDULI LINGKUNGAN
(Buletin Jum’at SAKINAH, DPU Daarut Tauhid
Edisi 348 / Th IV / Februari 2012)
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang kholifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah” (QS. Al Baqarah: 30)
Akhir-akhir ini, media massa banyak membicarakan tentang
isu-isu lingkungan. Hal ini juga tidak terlepas dari kerusakan lingkungan yang
mengundang datangnya bencana alam, terutama banjir dan tanah longsor. Bencana
yang lain di antaranya badai, angin puting beliung, tsunami, gunung meletus,
gempa bumi, kekeringan, kebakaran hutan, dan lain-lain. Sebagian dari bencana
itu terlihat terjadi secara alami namun sebagian yang lain terlihat jelas terjadi
akibat aktivitas manusia.
Di abad ke-21 ini, bencana alam yang semakin banyak
terjadi adalah bencana yang terkait iklim. Hal ini disebabkan oleh
aktivitas manusia yang semakin kompleks disertai dengan penggunaan mesin-mesin
yang tidak ramah lingkungan. Asap yang keluar dari pabrik-pabrik serta
kendaraan menjadi pemicu terjadinya efek rumah kaca. Akibatnya terjadilah pemanasan
global, suhu di atmosfer bumi semakin meningkat. Pemanasan global tidak hanya
berhenti pada peningkatan suhu bumi. Ia diikuti oleh bencana-bencana lain.
Pada hakikatnya manusia diciptakan ke bumi ini adalah
sebagai kholifah bumi. Artinya manusia menjadi wakil dari Allah untuk mengatur
bumi. Allah menciptakan bumi untuk manusia. Hal ini bukan hanya pada
pemanfaatan hasilnya tetapi juga pada penjagaan bumi. Dengan demikian
keberlangsungan kehidupan manusia di bumi berada di tangan manusia. Allah SWT berfirman: “Dialah
Yang telah menciptakan untuk kamu semua yang ada di bumi” (QS. Al
Baqarah: 29)
Maka dari itu manusia seluruhnya bertanggung jawab atas
keberlangsungan hidup di bumi, terutama umat Islam. Allah SWT dan Rasul SAW
mengajarkan kita untuk peduli pada lingkungan. Di dalam Islam, Al Qur’an dan
Sunah secara jelas mengatur hubungan manusia dengan alam semesta di samping
hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia. Spirit yang dibangun adalah
spirit melindungi (konservasi) dan tidak melakukan kerusakan bukan semangat
eksploitasi atau mengeruk bumi beserta segala isinya tanpa peduli akibatnya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di langit
dan bumi adalah untuk kepentingan manusia. Untuk menjaga keberlangsungan hidup
manusia di bumi maka manusia harus menjaganya sesuai dengan amanah manusia
sebagai kholifah di muka bumi ini. Hal ini adalah untuk menopang kehidupan
manusia sehingga tetap bisa dipertahankan. Allah SWT berfirman: “Dan
Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula)
makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. Al Hijr: 19-20)
Di samping semangat konservatif, Allah SWT juga melarang
manusia untuk melakukan kerusakan di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah
amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS.Al A’raf: 56)
Betapa besar anugerah dan nikmat dari Allah SWT
memperbaiki bumi yang dirusak oleh manusia. Sebagai contoh sederhana adalah
saat hujan turun. Debu-debu dan partikel-partikel kecil di udara akan ikut
turun ke tanah bersamaan dengan air hujan yang turun dari langit. Karena itu
setelah hujan turun udara di sekelilingnya akan menjadi segar. Demikian juga
senyawa-senyawa beracun di udara yang tidak bisa terurai kecuali dengan energi
yang sangat tinggi. Kemudian Allah SWT menciptakan petir untuk menguraikan senyawa-senyawa
tersebut sehingga bermanfaat kembali untuk kepentingan manusia. Betapa manusia
akan menjadi manusia yang sangat rendah derajatnya di mata Allah SWT karena
telah melakukan perusakan di muka bumi setelah Dia memperbaikinya.
Sumber utama ajaran Islam, Sunah Rasul SAW juga
memberikan banyak petunjuk bagi manusia agar menjaga dan merawat lingkungan
dengan baik serta tidak merusaknya. Kepedulian Rasulullah SAW pada lingkungan
tidak hanya terbatas pada komponen abiotik lingkungan hidup tetapi juga terhadap
hewan dan tumbuhan komponen biotik ekosistem bumi.
Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh).
Ia mengatur segala urusan manusia baik dalam hubungan dengan Allah SWT, Sang
Pencipta maupun dengan sesama makhluk citaannya termasuk manusia dan alam semesta.
Sehingga Islam mampu menjadikan dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam melalu
pribadi Rasul dan umat Islam. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Anbiya’
(21) ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” Dan salah satu bentuk rahmat itu ketika manusia
menampilkan prilaku baik terhadap alam seperti yang telah digariskan dalam
ajaran Islam melalui Al-Qur’an maupun hadits Al-Hadits.
Syah Azis Perangin Angin, S.Th.I
Magister Ilmu Lingkungan Univ. Diponegoro
Semarang.
0 Comments:
Posting Komentar