Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

Guru Teladan

Dalam istilah Bahasa Jawa, kata “Guru” sering dijadikan sebagai singkatan dari “digugu lan dituru”. Maksud dari istilah tersebut adalah orang yang dipercaya dan yang diikuti. Oleh karena itu, bagi kita para guru harus berhati-hati dalam setiap tingkah laku baik berupa perbuatan, sikap, maupun perkataan. Karena apa pun yang terlihat dalam diri kita sangat memungkinkan akan dicontoh oleh murid-murid kita. Sehingga bagi para guru hendaklah memiliki tingkah laku yang baik dan hal tersebut merupakan syarat utama untuk menjadi seorang guru.

Hanya saja kita para manusia, bani Adam ini, pasti tidak akan pernah luput dari kesalahan. Terkadang kita sudah tahu ilmu bahwa sesuatu itu baik atau tidak baik untuk dikerjakan, hanya saja karena lupa atau lalai maka kita jadi salah dalam melakukan sesuatu. Tentu kita sadar bahwa kita ini sebenarnya masih kurang ilmu, sehingga kita harus melihat siapa yang harus kita contoh agar menjadi guru yang baik. Teladan yang sempurna untuk kita jadikan panutan. Siapakah dia ? Dia pastinya adalah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasul utusan Allah yang diutus kepada umat akhir zaman, yang pada dirinya terdapat segala sesuatu yang perlu kita teladani, termasuk teladan untuk menjadi seorang guru.

Rasulullah adalah guru para sahabat mulia, Guru yang berhasil mengubah manusia dari yang sebelumnya merupakan kumpulan manusia-manusia jahil menjadi lebih berperadaban. Dalam kurun waktu 23 tahun beliau mampu mengubah peradaban Arab menjadi peradaban yang terbaik. Bagaimana tidak, sepeninggal beliau, segala jenis bentuk keteladanan hadir dalam diri para sahabat yang juga patut kita tiru untuk kita amalkan.

Keteladanan Rasulullah shallallahu'laihi wasallam sebagai guru paling tidak tercermin dalam dua hal utama yaitu kepribadian Rasulullah dan cara beliau mendidik dan mengajar para sahabat. Oleh karena itu, para guru juga harus baik dalam dalam dua hal tersebut, bagaimana agar baik dalam kepribadian, dan baik  juga dalam cara mendidik murid-murid. Dua hal tersebut haruslah sejalan. Sebagai contoh, Rasulullah punya sifat yang tegas dan ketika memberi hukuman kepada para sahabat yang pantas untuk dihukum, maka Rasulullah menghukumnya dengan cara yang baik juga. Demikian juga para guru, disamping punya sifat kelemahlebutan, para guru pastinya mempunya sifat tegas ketika muridnya melakukan kesalahan, dan cara menghukum murid yang bersalah harus juga dengan cara yang baik. Karena suatu kebaikan jika disampaikan dengan cara tidak baik, maka kebaikan itu bisa berubah menjadi tidak baik.

Contoh yang lain adalah ketika Rasulullah berbicara dengan para sahabat, Rasulullah selalu melihat batas kemampuan akal dan kondisi sahabat ketika menyampaikan sesuatu. Artinya seorang guru haruslah memiliki kecerdasan untuk memahami muridnya. Sehingga kita akan terhiindar dari menyampaikan sesuatu yang tidak bermanfaat karena menyampaikan sesuatu kepada murid kita yang mereka tidak pahami.

Dan setiap sikap dan perbuatan kita itu bisa jadi akan dilihat oleh murid-murid kita bahkan mereka pun mungkin akan menirunya. Oleh karena itu agar kita tidak salah dalam bersikap dan berbuat sebagai seorang guru, maka kita harus mencontoh Sang Guru yang telah diutus oleh Allah untuk umat manusia. Yang pada dirinya terdapat banyak pelajaran dan keteladanan yang dapat kita ambil hikmahnya. Sehingga pada akhirnya Allah mampukan kita untuk menjadi salah satu guru yang bermanfaat untuk menuju peradaban yang lebih baik.
Share:

1 Comments: