Siapa yang tidak kenal dengan Nabi Ibrahim a.s.
Seorang nabi cerdas yang dari keturunannya banyak dilahirkan nabi-nabi,
termasuk Nabi Muhammad SAW sehingga Nabi Ibrahim a.s. dijuluki sebagai Abul
Anbiya’ (Bapak Para Nabi). Di dalam al-Qur’an, Allah SWT juga ditemui
banyak kisah-kisah yang menunjukkan tentang kecerdasan Nabi Ibrahim a.s. Di
antaranya terdapat dalam surat Maryam ayat 9 dan surat Al-An’am ayat 74 yang
berkisah tentang usaha Nabi Ibrahim a.s. untuk memberi nasihat kepada ayahnya,
Azar, agar tidak melakukan kesyirikan. Dalam al-Qur’an surat
ash-Shâffât ayat 95-98, al-Ankabût ayat 22-25, al-Anbiyâ` ayat 68-69 juga dikisahkan
tentang Nabi Ibrâhîm a.s yang tegar dan tabah dalam menghadapi ujian dan
siksaan. Serta masih banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menceritakan tentang
Nabi Ibrahim a.s. yang patut diambil ibrohnya untuk dilaksanakan dalam
kehidupan keseharian kita.
Ada satu kisah menarik tentang
bagaimana Nabi Ibrahim a.s meruntuhkan “keimanan” ayah dan kaumnya, penduduk
negeri Harran. Kisah tersebut juga dapat kita jadikan sebagai pelajaran yang
berharga tentang ketauhidan, betapa di dunia ini tidak ada yang dapat
diyakini suatu apapun yang dapat memberi kenikmatan dan bahaya kecuali Allah
SWT. Dalam kisah tersebut juga diceritakan betapa Nabi Ibrahim a.s memiliki
keteguhan dalam menegakkan kebenaran meskipun nyawa taruhannya. Di mana kisah
tersebut diabadikan dalam al-Qur’an
surat Al-anbiya’ [21] ayat 51-69.
Dalam ayat-ayat tersebut terjadi
dialog yang alot antara Nabi Ibrahim a.s. dengan ayah dan kaumnya tentang
berhala-berhala yang disembah mereka.
Ibrahim berkata kepada bapaknya, Azar, dan
kaumnya, penduduk negeri Harran: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun
beribadat kepadanya?”
Mereka menjawab: “Kami mendapati
bapak-bapak kami menyembahnya.”
Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan
bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami
dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?”
Maksudnya adalah apakah Ibrahim benar-benar menyeru kepada agamanya yang
sebenar-benarnya atau hanya bermain-main?
Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan kamu
ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk
orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.” Kemudian dalam hati, Ibrahim a.s. berkata Demi
Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu
sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maksudnya Nabi Ibrahim a.s. akan
menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala mereka, sesudah
mereka meninggalkan tempat-tempat berhala itu.
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu
hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang
lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.
Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini
terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.”
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ."
Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia
dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan."
Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"
Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar
itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka
dapat berbicara."
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu
berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)”, kemudian kepala mereka jadi tertunduk namun mereka kembali
membangkang setelah sadar.
(lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara."
(lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara."
Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu
menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan
tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?. Ah (celakalah) kamu dan apa yang
kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?”
Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah
tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.”
Mereka kemudian hendak membakar Nabi Ibrahim a.s.
Namun atas kebesaran Allah SWT api yang tadinya panas menjadi dingin dan Nabi
Ibrahim pun tidak meninggal karena api tersebut. Allah SWT berfirman: ”Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim”.
Lihatlah betapa kaum Nabi Ibrahim a.s sangat
merugi. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim A.s maka
Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.
Demikianlah kisah Nabi Ibrahim a.s dalam meruntuhkan keyakinan dan “keimanan”
ayah dan kaumnya. Di mana mereka “beriman” bahwa patung-patung tersebutlah yang
memberikan mereka rezeki dan bahaya. Namun ketika dihancurkan oleh Nabi Ibrahim
a.s dan menyuruh mereka untuk bertanya kepada salah satu patung yang
ditinggalkan tetap berdiri. Tapi hasilnya? Patung itu tidak bisa berbuat
apa-apa. Tapi dasar mereka yang syiriknya sudah mendarah daging ternyata ketika
Ibrahim memberi petunjuk, mereka malah membangkang dan ingin membunuh Ibrahim.
Kisah tersebut sangat masih relevan
terhadap zaman sekarang. Karean pada zaman sekarang pun ternyata masih ada
orang yang belum beriman kepada Allah SWT dan menyembah “tuhan-tuhan” mereka yang
pada hakikatnya tidak mampu berbuat apa-apa selain hanya diam membisu.
Depok, 09 April 2013
di sela-sela mengikuti pendidikan dan latihan guru kuttab di Kuttab Al-Fatih Depok.
0 Comments:
Posting Komentar