Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

Selamat Hari Natal ?

Muslimin : bagaimana natalmu ?

Kristian : baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku ?

Muslimin : tidak, agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu, tapi toleransi trhadap akidah dan ibadah, agama saya melarangnya.

Kristian : tapi kenapa, bukankah hanya sekedar kata2 ? Teman muslimku yg lain, mengucapkannya padaku ?

Muslimin : mungkin mereka belum mengetahuinya, apa kau bisa mengucapkan dua kalimat syahadat?

Kristian : oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya.­­.. Itu akan mengganggu kepercayaan saya…

Muslimin : kenapa ? Bukankah hanya kata2 ? Ayo, ucapkanlah …

Kristian : sekarang, saya mengerti..

Dialog di atas saya hanya logika sederhana agar kita tidak sembarang mengucapkan “Selamat Hari Natal kepada umat Kristiani.

Memang Allah Swt. memerintahkankan kepada kita untuk membalas penghormatan yang diberikan orang lain (selain muslim) dengan yang lebih baik dari padanya, atau dengan yang serupa (lihat QS An Nisaa : 86). Tapi tidak dengan mengucapkan "Selamat Hari Natal". Sebagaimana mereka mengucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri. Walapun pengucapan ini berkaitan dengan aspek sosial (mu'amalah) tapi di dalamnya didasari pada aspek keyakinan (keimanan).

Bukankah Hari Natal adalah bagian dari prinsip-prinsip agama Nasrani, mereka meyakini bahwa di hari inilah Yesus Kristus dilahirkan dan Kristus menurut keyakinan mereka adalah Allah yang mejelma.  Dan pengucapan Selamat Hari Natal adalah simbol dalam peringatan tersebut. Pantaskah seorang muslim ikut-ikutan dalam mensyiarkan simbol keyakinan agama lain. Betapa kita sudah diperingatkan oleh Allah Swt. bahwa orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan pernah ridho kepada kita hingga kita mau ikut-ikutan seperti mereka (lihat QS Al-Baqarah: 120).

Dan kita, yang menyatakan diri sebagai seorang muslim ini, perlu hati-hati terhadap apa yang kita lakukan terutama perkara-perkara yang sifatnya syubhat yang belum jelas antara boleh dan tidaknya apalagi ini berkaitan dengan budaya agama orang lain. Berbuat kebaikan kepada mereka dalam hal ini adalah bukan dengan ikut-ikutan memberikan selamat Hari Natal akan tetapi dengan tidak mengganggu mereka didalam merayakannya.  Bukankah Rasulullah juga sudah memperingatkan, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia adalah bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Smoga kita tidak menjadi bagian dari mereka. Wallahul musta’an.
Share:

1 Comments:

  1. Smga kita selalu dlm lindungan Allah agar tdak melkukan hal2 yng brtentangan dngan agama yng mulia ini.

    BalasHapus