Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

Sebuah Perjalanan Menyusuri Kabupaten Magelang

Sebuah Perjalanan Menyusuri Kabupaten Magelang
Oleh: Syah Azis Perangin Angin

Mengawali Perjalanan  Semarang – Kab. Magelang

Di masa pandemi seperti ini, salah satu hal yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan imunitas tubuh agar antibodi juga meningkat. Di mana imunitas tubuh kita akan meningkat jika pikiran kita juga dalam kondisi yang baik. Maka salah satu yang bisa dilakukan agar pikiran kita tenang dan hati juga bahagia adalah dengan berwisata ke objek-objek yang indah.

Salah satu tujuan wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi tentunya adalah Kabupaten Magelang. Kalau kita menyebutkan Kabupaten Magelang, maka yang muncul di benak kita biasanya adalah Candi Borobudur yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Namun perlu diketahui, selain Candi Borobudur juga terdapat berbagai objek lain yang menarik untuk dikunjungi. Apalagi Kabupaten Magelang berada daerah dataran tinggi yang berbentuk cekungan dengan dikelilingi oleh gunung-gunung. Pastinya menyimpan tempat-tempat eksotis yang sayang kalau tidak dikunjungi.

Oleh karena saya bersama Istri dan seorang anak yang masih berusia 4 tahun menyempatkan diri untuk berkeliling menyaksikan nuansa alam Kabupaten Magelang. Kami berangkat dari Semarang pada hari Rabu pagi tanggal 30 Juni 2021. Daerah pertama yang kami tuju adalah Kecamatan Borobudur. Kami melewati Kabupaten Semarang kemudian langsung masuk menuju Kecamatan Grabag, Kecamatan Secang, Kota Magelang, Kecamatan Mungkid, kemudian masuk ke Kecamatan Borobudur. Di tengah-tengah perjalanan kami coba sempatkan untuk menikmati es kelapa muda di sekitar wilayah Kecamatan Grabag menghilangkan dahaga.

Aura Sejarah Makam Kyai Raden Santri

Pintu Masuk Menuju Makam Kyai Raden Santri
Setibanya di daerah Borobudur, yang pertama kami lakukan tentunya mencari tempat menginap. Karena Borobudur merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal, maka di sini tentunya banyak penginapan yang bisa ditumpangi. Untuk melakukan pemesanan juga tidak sulit, dapat dipesan langsung di lokasi atau di platform-platform yang menyediakan jasa pemesanan hotel. Kami sendiri memesannya langsung di lokasi di salah satu penginapan yang tidak terlalu jauh dari pasar Borobudur. Hal ini agar lebih dekat menjangkau destinasi-destinasi wisata yang berada di sekitar Borobudur.

Setelah mendapatkan penginapan, kami mengistirahatkan sejenak badan setelah melakukan perjalanan yang lumayan jauh dari rumah, sekitar 92 Km. Selanjutnya kami mulai menuju destinasi pertama, yaitu Makam Kyai Raden Santri. Makam ini berada di Gunungpring wilayah administrasi Kecamatan Muntilan. Di objek wisata yang saya baca di internet, objek ini kelihatannya tidak terlalu popular. Barangkali karena termasuk dalam objek wisata religi di mana tidak semua penganut agama yang mau mengunjunginya, kecuali seseorang yang beragama Islam.

Apa sebenarnya istimewanya makan ini? Kalau kita melihat lebih dalam maka akan banyak hal sangat menginspirasi kita. Salah satunya adalah merasakan aura sejarah Makam Kyai Raden Santri (tahun 1611). Kyai Raden Santri bernama asli Pangeran Singosari adalah putra Kyai Ageng Pemanahan (wafat tahun 1584) yang merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam. Kyai Raden Santri merupakan orang yang mengawali penyebaran agama Islam di Magelang dan sekitar Kedu. Di Makam Kyai Raden Santri juga dimakamkan banyak aulia’ dan ulama, di antaranya KH. Abdurrohman, KH. Dalhar, Kyai Krapyak Kamaludin, dan lain-lain.

Untuk menuju makam, kita harus melewati anak tangga sekitar 300 m. Satu demi satu anak tangga kami tapaki, sambil berzikir menyebut nama-nama Allah yang ditempel di atas anak tangga. Perjalanan pun tidak terasa jauh apalagi di sepanjang jalan terdapat banyak pedagang yang menjual produk-produk setempat. Jadi, sambil menikmati perjalanan, kita bisa berbelanja. Pada umumnya para pengunjung berbelanja sambil turun kembali menyusuri anak tangga tersebut.

Makam Kyai Raden Santri

Tidak terasa, akhirnya sampai juga di puncak Gunungpring. Maka setiba di puncak kita bisa langsung minum beberapa teguk air yang sudah disediakan di dalam gentongan. Jika ingin salat dan mengambil air wudu pun tersedia di tempat tersebut. Dan yang paling penting untuk dilakukan setelah tiba di puncak adalah mengunjungi makam para ulama terdahulu dan berdoa untuk mereka serta melakukan berusaha merasakan perjuangan yang mereka lakukan. Mereka walaupun sudah meninggal, masih tetap ada yang mengunjungi dan mendoakan. Semua itu tentu karena peran mereka yang jasanya selalu diingat oleh orang-orang setelah mereka.

Kita akan bisa merasakan gelombang peziarah yang luar biasa ramai di bulan Syaban, satu bulan sebelum Ramadhan. Dalam budaya Jawa bulan Syaban juga disebut dengan bulan Ruwah, bulannya para arwah. Di mana umat Islam biasanya mendoakan arwah para pendahulu mereka dengan mengunjungi makam-makamnya. Tidak terkecuali Gunungpring yang terdapat di dalamnya makam Kyai Raden Santri dan ulama-ulama terdahulu. Kita akan dapat melihat rombongan-rombongan peziarah yang datang menggunakan bus-bus pariwisata.

Setelah selesai berdoa, kami kembali turun ke parkiran, menyusuri anak tangga-anak tangga. Kami tidak lupa berbelanja camilan untuk bekal perjalanan. Dan salah satu yang kami beli adalah Slondok khas Magelang. Keunikannya adalah Slondok tersebut lumayan besar-besar dan panjang lebih besar dari biasanya di daerah lain dan rasanya juga tentu tidak kalah enak. Di sana juga kita bisa membeli jenang khas Magelang atau membeli cinderamata untuk oleh-oleh. Bagi yang ingin menginap, di sekitar Gunungpring juga terdapat banyak penginapan sederhana.


Menikmati Nasi Goreng Magelangan

Nasi Goreng Magelangan

Setelah kembali istirahat di penginapan, pada malam hari kami mencari sesuatu yang dapat mengisi perut. Dan menu makan malam yang sayang jika dilewatkan adalah Nasi Goreng Magelangan. Setiap kota pastinya memiliki kekhasan makanan tidak terkecuali Nasi Goreng Magelangan. Nasi goreng ini memiliki ciri khas nasi goreng yang dicampur dengan mie basah dan balungan (tulang ayam).

Jika ingin menyantap makan malam di sekitar pasar Borobudur juga pastinya tidak terlalu sulit. Banyak warung-warung tersedia di sini. Kami sendiri menginap di Borobudur dua malam, dan di malam kedua pun kami masih mencari sesuatu yang disantap di tempat ini. Selain kuliner, pada malam hari, suasana di pasar Borobudur juga tergolong ramai. Dan juga bisa digunakan untuk jalan-jalan malam. Terdapat juga permainan untuk anak-anak bagi yang membawa anak yang masih kecil.

Setelah menyelesaikan makan malam, kami kembali lagi ke penginapan untuk mengistirahatkan badan. Menunggu pagi hari menikmati alam di sekitar Kabupaten Magelang. Keesokan harinya kami berencana untuk keluar sebelum matahari terbit agar bisa menyaksikan matahari terbit dari sekitar bukit yang terdapat di sekitar kecamatan Borobudur.


Menyusuri Pegunungan Menoreh

Pagi hari sekali setalah subuh dan mandi, kami melanjutkan perjalanan menikmati mau melihat matahari terbit dari ketinggian di sekitar Pegunungan Menoreh. Si kuda besi kami arahkan menuju Puthuk Setumbu yang masih berada di sekitar kecamatan Borobudur. Dengan bermodalkan Google Maps, kami menyusuri jalan-jalan dengan suasana pedesaan yang ada di sekitar kecamatan Borobudur. Di sepanjang jalan terlihat banyak wisatawan yang menggunakan mobil wisata Borobudur berkeliling menikmati suasana pedesaan di sekitar Kecamatan Borobudur.

Setiba di pertigaan menuju Puthuk Setumbu kami dihadang oleh beberapa warga yang bertugas. Ternyata beberapa hari sebelumnya tempat ini ditutup karena darurat Covid. Sedikit tentu ada perasaan kecewa karena tidak bisa menikmati matahari terbit dan melihat Candi Borobudur dari Puthuk Setumbu.

Kami berbalik arah dan hendak mengunjungi Gereja Ayam Bukit Rhema yang juga tidak terlalu jauh dari sana. Kami penasaran ingin melihat-lihat yang konon dibangun sebagai lamang perdamaian dan persatuan bangsa dan di dalamnya terdapat ruang-ruang yang dapat digunakan untuk ibadah Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. Hasilnya juga ternyata sama. Tempat tersebut juga ditutup akibat darurat Covid. Kami belum bisa mengunjungi tempat tersebut, dan mudah-mudah suatu saat bisa berkunjung ke tempat ini.

Pemandangan Alam dari Pegunungan Menoreh

Agar tidak terlalu kecewa, kami menyusuri Pegunungan Menoreh menuju arah puncak Surayala yang merupakan salah satu Puncak Pegunungan Menoreh. Lagi-lagi dengan bermodalkan peta Google, kami langsung masuk menyusuri desa-desa yang ada di sekitar pegunungan yang masih masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Borobudur. Ketika sudah masuk ke wilayah yang sangat pedesaan dan medan jalan penuh dengan tanjakan, ada perasaan takjub terhadap penduduk sekitar. Dalam suasana perbukitan seperti itu mereka tetap bisa hidup. Saya tidak tahu persis apa mata pencaharian mereka, kemungkinan sebagai petani.

Setelah sekitar lebih kurang satu jam kami jalan-jalan menyusuri jalan menanjak Pegunungan Menoreh, kami hampir sampai di Puncak Surayala. Hanya saja untuk menuju puncak tertingginya kami sudah tidak berani. Kami hanya sampai pada jalan yang bisa dikendarai roda dua. Meskipun demikian dari tempat ketinggian ini, kita sudah bisa menikmati pemandangan indah Kabupaten Magelang yang begitu indah dan menawan.

Menurut penuturan warga setempat yang ramah-ramah, menuju puncak Suralaya harus menggunakan mobil offroad 4x4 atau sendirian dengan kendaraan roda dua. Sedangkan kami naik kendaraan dengan berboncengan, jadi sudah tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan. Kami putuskan untuk turun kembali ke Borobudur. Dalam perjalanan pulang pun cukup memicu adrenalin. Meskipun jalan tergolong bagus, namun penuh turunan terjal dan berliku sehingga benar-benar harus ekstra hati-hati.

Warung Makan Soto Blumbang

Perut sudah mulai terasa keroncongan, menandakan alarm waktu sarapan sudah berbunyi. Kami putuskan untuk mencari sarapan soto. Google Maps langsung kami arahkan menuju Warung Soto Blumbang di Desa Progowati, Kecamatan Mungkid. Tempatnya bagus. Di sekitar rumah makan terdapat kolam ikan yang menarik. Si buah hati terlihat sangat riang melihat ikan-ikan yang berseliweran di dalam kolam. menu spesial yang bisa dipesan di sini adalah Soto Bakso. Kami sudah terbiasa makan soto, juga bakso. Dan agak sedikit unik, kalau soto dikasih bakso. Selain menu itu tentu banyak jajanan yang lain yang juga bisa dinikmati di sini.

Setalah sarapan soto bakso, kami kembali ke penginapan untuk istirahat. Karena kamar yang kami pesan hanya untuk satu malam, maka kami bersiap-siap untuk check out. Tadinya rencana mau pulang ke Semarang langsung. Namun karena udara cukup panas dan kami masih sedikit agak kelelahan. Kami memutuskan untuk menambah satu malam di Borobudur. Kami mencari penginapan lain agar mendapat suasana berbeda. Kami tidak pesan secara online, sembari jalan-jalan mencari penginapan yang lokasinya terasa cocok. Akhirnya kami memutuskan untuk menginap di salah satu penginapan yang tidak jauh dari Candi Pawon.


Makan di Pinggir Sungai Elo

Rumah Makan Raja Kosek

Setelah istirahat siang dan badan terasa sudah lebih segar, kami Kembali mencari sesuatu yang bisa mengisi perut. Makan siang hari ini kami putuskan mencari tahu sebuah rumah makan yang terdapat di bawah jembatan Sungai Elo Magelang. Sungai tersebut merupakan sungai yang memisahkan Kecamatan Mungkid dan Kecamatan Muntilan. Satu hari sebelumnya kami sempat melewati rumah makan tersebut yang terlihat menarik perhatian. Namanya adalah Rumah Makan Raja Kosek.

Sesampainya di Rumah Makan Raja Kosek, kami langsung memesan makanan. Penasaran dengan menu koseknya, kami memesan menu bebek kosek. Sambil menunggu santapan dihidangkan,

Bebek Kosek Raja Kosek


kami mencari tempat duduk yang nyaman. Makan di warung ini lumayan asyik buat jalan-jalan dengan pelayanan yang baik. Penataan tempat cukup bagus dengan nuansa alam makan di pinggir sungai. Selain makan di pinggir sungai, warung ini juga berada di bawah dua buah jembatan. Akhirnya menu makan yang ditunggu datang juga. Kami langsung menyantapnya diiringi suara grojogan Sungai Elo. Sangat eksotis. Si kecil juga nyaman bermain di sini membuat kami betah berjam-jam menghabiskan waktu di sini.

Selesai makan siang sebelum Kembali ke penginapan kami sempatkan sebentar mampir melihat Candi Mendut yang terletak di Kecamatan

Candi Pawon


Mungkid. Kami hanya bisa melihat-lihat dari luar karena kompleks candi yang ditutup. Candi ini merupakan salah satu candi yang bercorak Buddha Mahayana ini yang didirikan pada masa Dinasti Syailendra pada tahun 824 Masehi. Di sore hari setelah istirahat, kami juga sempatkan untuk melihat-lihat Candi Pawon yang terletak hanya sekitar seratus meter dari tempat kami menginap. Candi Pawon berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur. Area candi ini juga tidak begitu besar, sehingga bisa dilihat dari jarak yang lebih dekat.


Menikmati Pemandangan Pegunungan

Gn. Merbabu dan Gn. Merapi dilihat dari Ketep Pass

Keesokan harinya, dalam perjalanan pulang ke Semarang, kami mengambil jalur melewati Ketep Pass dari arah Kecamatan Mungkid. Jalur ini tidak kalah menarik dibandingkan dengan jalur Secang. Dari Mungkid sampai Ketep Pass jalannya lumayan lurus dan juga beraspal walaupun setelahnya nanti banyak jalan yang berkelok-kelok. Kalau melewati Secang kita bisa melihat pemandangan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Sedangkan dari jalur Ketep Pass kita bisa menikmati suasana pemandangan Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Andong, dan Gunung Telomoyo.

Melalui jalur ini, banyak destinasi wisata Kabupaten Magelang yang juga bisa dikunjungi. Di antara yang kami kunjungi adalah Ketep Pass yang berada di wilayah Kecamatan Sawangan. Meskipun Ketep Pass sedang ditutup ketika kami lewat, tapi tentunya masih bisa mampir di warung-warung di pinggir jalan di sekitar Ketep Pass. Sambil sarapan pagi, kami masih bisa menikmati pemandangan alam ciptaan Tuhan semesta alam, melihat tinggi dan kokohnya Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Top Selfie Pinusan Kragilan

Selain Ketep Pass, kami sempatkan juga untuk mampir di Inggit Strawberry yang juga masih berada di daerah Kecamatan Sawangan, tepatnya di Desa Banyuroto. Di sini kita dapat menyaksikan kebun Strawberry dan memetiknya langsung. Selain Inggit Strawberry masih banyak kebun Strawberry yang dapat disinggahi di sekitar daerah ini. Berpindah ke Kecamatan berikutnya, yakni Kecamatan Pakis, kami sempatkan mampir di salah satu tempat spot foto yang sangat indah, yakni Top Selfie Pinusan yang berada di Desa Kragilan. Nuansa pohon pinus yang begitu rapi terlihat begitu indah. Selain itu di sekitar Kragilan juga terdapat spot foto dengan latar pinus yang begitu eksotis.

Puncak Gn. Andong dan Gn, Telomoyo dari Ngablak

Setelah menikmati suasana alam sejenak di Top Selfie Pinusan, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Semarang melewati Kecamatan Ngablak. Dari sepanjang jalan kita bisa memandangi Puncak Gunung Andong yang masih masuk wilayah Kabupaten Magelang dan Puncak Gunung Telomoyo. Selanjutnya masuk ke Kabupaten Semarang melewati Kopeng, Salatiga, dan Ungaran sebelum akhirnya tiba di Kota Semarang.

Perjalanan yang lumayan melelahkan, tiga hari dua malam. Namun kelelahan itu tidak terasa dengan setalah menikmati keindahan alam yang berada Kabupaten Magelang. Selain pemandangan alam yang menawan, tentunya kita bisa belajar dari

Di Depan Ketep Pass yang Sedang Ditutup


situs-situs sejarah. Tempat-tempat tersebut menggambarkan bahwa masyarakat Kabupaten Magelang merupakan masyarakat yang religius sejak dulu kala. Masyarakatnya yang baik dan ramah bisa menerima setiap kebaikan yang hadir di hadapannya. Selain itu, kuliner dan budaya di Kabupaten Magelang begitu beraneka ragam yang mencerminkan warganya juga dapat menikmati berbagai jenis cita rasa yang bermacam-macam.

Semarang, 14 Juli 2021

Share:

0 Comments:

Posting Komentar