Sebulan yang lalu, tepatnya pada hari Ahada tanggal 21 September 2014, aku mengalami kecelakaan di sekitar jalan arteri Soekarno Hatta Semarang. Kecelakaan tersebut terjadi di siang hari setelah kembali dari sebuah rencana pertemuan dengan teman-teman yang tidak jadi di kampus Univ. Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang. Meski sudah satu bulan, namun tulangku terutama bagian bahu dan siku-siku masih belum sembuh total. Aku yakin kecelakaan yang menimpa itu merupakan bentuk kasih sayang yang Allah SWT berikan kepadaku agar aku senantiasa mengingat Dia.
Kecelakaan tersebut terjadi antara diriku dan kendaraan roda dua yang lain yang sedang ingin menyeberang. Karena peunjuk di jalan tersebut menunjukkan jalan terus bagi yang lurus, maka aku jalan terus. TIdak disangka dari arah kiri ada kendaraan yang mau menyeberang dan aku tidak lihat dan aku juga tidak menyangka lampu menunjukkan merah bagi kendaraan yang masuk ke jalan woltermongonsidi. Karena kaget, aku tidak sempat menghindar dan akhirnya menabrak kendaraan tersebut tetapi malah aku yang terjatuh. Sedangkan lawan kecelakaan tidak apa-apa. Akibat kecelakaan tersebut, aku dibawa ke klinik terdekat dan mendapat perwatan terutama untuk luka-luka lecet.
Pada saat kejadian, ada luka-luka lecet di bagian kaki, lutut, dan siku. Alhamdulillah langsung diobati dan sekarang sudah sembuh. Namun yang sangat aku tidak duga adalah, ternyata tulang bagian bahuku kiriku ada yang patah, dan retak di bagian dada dan masih terasa nyeri sampai sekarang. Hal itu baru aku ketahui setelah sekitar satu pekan setelah kejadian tersebut.
Sore hari setelah kejadian, aku memang langsung dijemput oleh mertua untuk diurut di Kendal. Dan pada malam hari kejadian tersebut langsung diurut oleh orang yang biasa mengurut orang yang keseleo akibat jatuh. Dua hari kemudian aku masih diurut oleh orang yang sama. Karena merasa agak sedikit baikan aku kembali ke semarang.
Kondisiku belumlah sembuh total sehingga aku direkomandasikan oleh rekan kerjar ke tukang urut yang ia kenal. Dan aku langsung ke sana bersama istri dengan harapan mungkin tukang urut ini lebih ahli. Sungguh tidak disangka, pijitannya sangat sakit sampai aku hampir mau menangis. Namun tetap bertahan, berharap supaya segera sembuh.
Beberapa hari kemudian ternyata tulang bagian bahu masih terasa sakit, dan kali ini bertambah. Di dada pun terasa sakit. Sang istri mengajakku untuk urut kembali. Namun karena sakit, aku masih belum mahu. Sehingga akhirny muncul inisitif untuk ke dokter dan supaya di rontgen. Sungguh tidak aku sangka ternyata hasil rontgen menunjukkan bahwa tulang bahu kiriku ada yang patah. Sang dokter menyarankan agar aku ceck kembali di bagian bedah tulang karena sepertinya patahan tersebut harus dioperasi dan disambung menggunakan kawat.
Setelah berkonsultasi dengan keluarga maka mereka tidak setuju untuk bedah tulang, tetapi lebih menyarankan berobat di sangkal putung (dukun patah). Aku dijemput lagi oleh mertua untuk berobat ke sangkal putung di Kendal. Pak Andi, namanya. Dia adalah ahli dukun patah yang cukup terkenal di daerah kecamatan Pegandon, Kendal. Sekilas aku melaihat tempat perawatannya juga cukup professional. Akhirnya aku pun setuju untuk berobat di tempat ini.
Aku menunjukkan hasil rontgen tulangku yang kelihatan sudah tidak menyatu lagi. Pak Andi tersebut menyatakan bahwa tulangku yang patah tersebut insya Allah bisa sembuh. Aku segera dibawa ke ruang urut oleh anaknya yang katanya telah diajari untuk megurut. Menurut Pak Andi tersebut, dia biasa mengurut pasien yang sudah cukup parah. Sedangkan aku, menurut ukurannya belumlah parah banget. Dan aku segera diurut sang anak. Sambil mengurut, aku juga dikasih tahu beberapa bagian tulangku yang perlu dibenari. Terutama di bagian dada yang mengalami keretalan.
Aku sudah dua kali urut ke Pak Andi. Hasilnya lumayan. Sekarang aku sudah mulai bisa beraktvitas meskipun belum sembuh total. Menurutku wajar, karena menurut penuturan sebagian orang bahwa kalau patah tulang atau retak memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh. Pak Andi sendiri tidak bisa menjamin berapa lama untuk bisa sembuh. Namun salah satu bentuk profesionalisme beliau, bahwa untuk tarif pengobatan, biasanya beliau menentukan terlebih dahulu berapa yang harus dibayar sampai nanti sembuh total. Seperti halnya aku yang ditarif Rp. 300.000 sampai sembuh. Tidak terbatas berapa kali berobat. Dan biasanya melakukan pengontrolan kembali setelah tujuh atau sepuluh hari. Kendati demikian ada juga pasien yang berobat ke sana dan membayar seikhlasnya.
Setelah melakukan ikhtiar baik di medis dan pengobatan alternatif, sekarang tinggal tawakkal berharap Allah SWT segera member kesembuhan pada tulangku yang masih belum sembuh total ini. Sehingga nanti aku bisa beraktivitas seperti biasanya. Oh My Bone, Segera Sembuh Ya.
Semarang, 19 Oktober 2014.