Review Sesi IV
Akademi Siroh (Ahad,
24 Januari 2016)
Dakwah Jahriyah
bersama Ust. Budi Ashari, Lc
Oleh: Syah Azis
Perangin Angin
Kuttab Al-Fatih
Semarang
Setelah tiga tahun Rasulullah
shallallahu’alaihiwasallam berdakwah secara sirriyah (sembunyi-sembunyi)
akhirnya Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengakhiri metode dakwah tersebut
dan mulai melakukan dakwah secara Jahriyah (terang-terangan). Dakwah sirriyah
ini berakhir dengan diturunkannya ayat Allah surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya,
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.
Dalam ayat tersebut, Allah menggunakan
kata terang-terangan dari bahasa Arab yang berasal dari kata “shada’a”
yang secara bahasa berarti “retak”. Artinya bahwa setelah Rasulullah melakukan
dakwah secara terang-terangan maka segalanya akan retak termasuk hubungan
keluarga dan akan muncul banyak masalah sehingga akan mengakibatkan kepusingan
bagi umat muslim. Kendati demikian, sesungguhnya yang pusing terlebih dahulu
adalah orang kafir Quraisy setelah melihat dakwah jahriyah Nabi Muhammad
dan kaum muslimin.
Dengan berakhirnya dakwah sirriyah maka
dimulailah dakwah Jahriyah. Awal dari dakwah Jahriyah ditandai dengan turunnya
wahyu Allah surat Asy-Syu’ara ayat 214 yang artinya: “Dan berilah peringatan
kepada keluargamu yang terdekat”. Ayat ini sekaligus sebagai teknis bagaimana
Rasulullah melakukan dakwah secara terang-terangan. Rasulullah kemudian
mengumpulkan keluarga beliau dengan melakukan jamuan makan untuk memberi
peringatan kepada mereka. Namun pada jamuan makan ini Rasulullah belum sempat
memberi peringatan, tapi jamuan makan sudah selesai, kemudian Rasulullah
berencana melakukan jamuan makan yang kedua.
Kisah yang terkenal adalah ketika
Rasulullah berdiri dan berteriak di atas bukit Shofa memanggil orang-orang
Quraisy untuk berkumpul hingga semuanya berkumpul atau minimal mengirim utusan.
Kemudian mengajak mereka untuk bertauhid kepada Allah dan beriman risalah yang
dibawanya dan hari Akhir. Lalu
Rasulullah berbicara, “Bagaimana menurut
pendapat kalian kalau aku beri tahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di
lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?”. Mereka
menjawab, “Ya. Kami tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Beliau
berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab
yang amat pedih”. Lalu Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari!
Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” maka ketika itu turunlah surat
Al-Lahab.
Dalam rangka menghalangi Dakwah
Rasulullah orang-orang kafir Quraisy berusaha melakukan pendekatan kepada paman
Rasulullah, Abu Thalib. Abu Thalib dianggap memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap Rasulullah. Memang benar beliau
memiliki pengaruh, sehingga Abu Thalib selalu meminta Rasulullah untuk
menghentikan dakwah beliau. Hanya saja Rasulullah bersikukuh dengan dakwahnya
dan pamannya juga mau melindungi Rasulullah dari perlakuan buruk orang kafir
Quraisy.
Selama dakwah Jahriyah ini banyak sekali
perlakuan buruk yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy baik berupa
kata-kata maupun yang sifatnya fisik kepada Rasulullah dan umat muslim. Mereka
melakukan negosiasi-negosiasi dan juga intimidasi hingga akhirnya umat Muslim
benar-benar dibuat pusing seperti isyarat yang ada pada Surat Al-Hijr ayat 94.
Hingga akhirnya umat Muslim harus Hijrah ke Habasyah, Intimidasi dan penyiksaan
yang dilakukan juga mengabatkan Sumayyah syahid atas perlakuan keji meraka. Dan
yang sangat berat bagi Rasulullah dan Ummat Muslim adalah ketika dilakukan
pemboikotan terharap mereka.
Sebenarnya ada satu tokoh yang sangat
berpengaruh pada suku Quraisy yaitu Walid bin Mughiroh, yang apabila beliau
beriman maka bisa jadi semua orang Quraisy ikut beriman. Karena beliau termasuk
pucuk pimpinan suku Quraisy di Makkah. Namun Allah berkehendak lain, beliau
tetap tidak beriman dan memusuhi umat Islam.
Tekanan-tekanan yang dilakukan oleh
orang-orang kafir Quraisy ternyata tidak melemahkan kaum muslimin. Bahkan
sebaliknya, umat Muslim menjadi semakin kuat. Pada Hijrah ke Habaasyah yang
pertama yang berangkat hanya 15 orang namun pada Hijarah yang ke-2 yang
berangkat mencapai 100 orang. Jumlah yang semakin banyak ini mengakibatkan
kafir Quraisy menjadi berang dan meminta Raja Najasy, raja negeri Habasyah agar
mengembalikan mereka. Bahkan Amr bin ‘Ash yang ketika itu belum memeluk Islam
berusaha meyakinkan raja Najasy agar menyiksa mereka dengan menghadirkan dialog
seputar nabi Isa karena negeri Habasyah penganut agama Nasrani. Hanya saja
usaha itu gagal dan umat Muslim tetap aman tinggal di Habasyah.
Penindasan-penindasan ini terus terjadi
bahkan ketika Nabi Muhammad sudah putus asa dan ingin berdakwah ke luar Mekkah
yaitu ke Thaif. Dan itu pun Gagal, bahkan Rasulullah dilempari oleh penduduk
Thaif. Beliau juga berdakwah kepada orang-orang yang melakukan haji ke Makkah
baik kepada personal maupun individu. Hingga akhirnya ketika Rasulullah dan
umat muslim berada pada posisi paling terendah, muncul enam orang bibit unggul
dari Yatsrib yang ketika mereka pulang ke kampungnya, mereka mengemban risalah
Islam sehingga tidak ada satu rumah pun yang dihuni oleh orang-orang di Yatsrib
kecuali memperbincangkan Rasulullah.
Yang mana hal tersebut akan menjadi cikal bakal umat muslim untuk
berhijar ke Yatsrib.
Dakwah secara terang-terangan ini baik
yang di Mekah dan ke luar Mekah dilakun selam 13 tahun. Hingga akhirnya
Rasulullah dan Umat Muslim berhijrah ke Madinah karena semakin kuatnya
penyiksaan yang dilakukan oleh musyrikin Mekah. Yang di sisi lain, orang-orang
Yatsrib sudah siap menyambut kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib.
0 Comments:
Posting Komentar