Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

~ InspirAzis ~

Menulis dengan Hati, Menyeru dengan Hikmah

Mencari Teknologi Transportasi Berwawasan Lingkungan

(Kuliah Pengendalian Pencemarang Lingkungan Sem II) 

A.        PENDAHULUAN
Pada dekade terakhir ini muncul masalah lingkungan sebagai isu global yang menjadi salah satu perhatian bangsa-bangsa di dunia. Indonesia sudah tentu mempunyai komitmen terhadap masalah lingkungan tersebut. Hal ini tercermin dari berbagai kegiatan penentuan kebijaksanaan pembangunan dalam hampir semua sendi masyarakat yang senantiasa yang memperhatikan aspek lingkungan. 
Transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan bangsa dan salah satu kedudukan yang menyatu dengan kehidupan masyarakat itu sendiri, tidak terlepas dari keharusan memperhatikan aspek lingkungan, karena berbagai transportasi yang memiliki keunggulan juga menimbulkan permasalahan.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah pencemaran lingkungan dan peningkatan kadar pencemarannya sebanding dengan intensitas penyelenggaraan transportasi itu sendiri, baik berupa kebisingan serta pencemaran udara. Di sisi lain keberhasilan pembangunan menuntut dukungan jasa pelayanan transportasi, melalui pemilihan teknologi transportasi tepat guna yang berorientasi pada lingkungan, terutama pencemaran udara dan gas buangan kendaraan bermotor yang diemisikan ke udara lingkungan. Masalah pencemaran udara di beberapa kota besar di Indonesia telah menunjukkan kondisi yang menuntut perhatian secara serius dari semua pihak, misalnya kota Jakarta ibu kota Indonesia negara kita.
Mengingat bahwa zat-zat pencemar tersebut sangat membahayakan kehidupan manusia serta merusak tatanan lingkungan nasional maupun global maka berbagai negara di dunia berupaya mencari teknologi yang tetap dan handal dalam memenuhi kebutuhan transportasi dengan kontribusi pencemaran udara yang rendah.
Permasalahan
Setelah diterangkan dan diuraikan tentang keberadaan dan kebutuhan akan alat transportasi di dalam kehidupan masyarakat yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan, maka jelas bagi kita bahwa kebutuhan tersebut adalah sangat vital bagi kehidupan manusia. Sebab dengan adanya alat transportasi maka pengaturan perekonomian dan aspek lain dapat lebih lancar dan lebih memberi manfaat yang tak ternilai  kepada segi kehidupan manusia. Namun demikian kita harus mengakui bahwa alat transportasi juga memberikan kerugian kepada kehidupan manusia dan lingkungannya. 
Maka sekarang yang menjadi permasalahan bagi kita adalah: “Teknologi transportasi yang bagaimana yang berwawasan lingkungan yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat mencapai target / tujuan kehidupan manusia?

B.        PEMBAHASAN
1.         Transportasi Berwawasan Lingkungan
Dari uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi paling besar dalam mencemari udara lingkungan. Oleh karena itu, berbagai langkah dalam rangka mewujudkan teknologi transportasi berwawasan lingkungan, antara lain melalui pemilihan model teknologi yang tepat, menggunakan sarana transportasi yang bersifat massal, peraturan sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang efektif dan efisien, pengendalian sumber zat pencemar, dan lain sebagainya.
Adapun teknologi berwawasan lingkungan yang dipilih, hendaknya tetap berorientasi pada tujuan penyelenggaraan transportasi demi tercapainya tujuan nasional. Kesalahan dalam menetapkan  tujuan penyelenggaraan transportasi tersebut dapat berakibat biaya yang terlalu tinggi yang pada gilirannya justru dapat menurunkan efektivitas dan efisiensinya. 
Mengingat luas dan kompleksnya cakupan teknologi transportasi berwawasan lingkungan tersebut, maka makalah ini hanya membatasi lingkup bahasan yang hanya menitikberatkan pada aspek teknologi pengendalian sumber zat pencemar.
2.         Teknologi Bahan Bakar untuk Kendaraan Bermotor
Dilihat dari fungsi kendaraan bermotor, yang dituntut selalu mampu bergerak (mobile) ke seluruh penjuru jalan yang dikehendaki, maka kendaraan bermotor tersebut memerlukan jenis bahan bakar yang bukan saja memenuhi syarat kesempurnaan pembakaran, melainkan juga harus mudah dibawa, relatif ringan, mudah melakukan pengisian kembali, masih banyak lagi. Bahan bakar yang memenuhi kriteria tersebut adalah bahan bakar minyak. Namun dewasa ini, bahan bakar fosil ini mengalami berbagai kendala, antara lain: keterbatasan sumber yang tersedia, tidak dapat diperbaharui, menimbulkan pencemaran udara yang dapat mengganggu kehidupan manusia serta keseimbangan lingkungan dan lain sebagainya.
Salah satu zat pencemar yang dihasilkan oleh bahan bakar minyak pada waktu itu  adalah munculnya timah hitam yang sengaja dicampurkan pada bahan bakar minyak itu. Dengan kenyataan tersebut maka pakar otomotif bekerja sama dengan para pakar energi menciptakan bahan bakar minyak yang memenuhi persyaratan motor bakar tanpa mengandung timah hitam.
3.         Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
Di Indonesia, jenis bahan bakar yang secara komersial telah diperkenalkan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yakni:
a. Bensin (motor gasoline = mogas)
b. Solar
c. Bahan bakar gas (compressed natural gas)
Dilihat dari kadar zat pencemar udara yang dihasilkan dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut, masing-masing memiliki keunggulan maupun kelemahan sesuai dengan karakteristik serta sistem pembakaran. 
  1. Bahan Bakar Bensin
Sejak tahun 1923, penggunaan timah hitam atau Tetra Ethil Lead (TEL) sangat populer dan dipakai sebagai zat campuran tambahan bahan bakar minyak jenis bensin. Keberadaan TEL tersebut kemudian dipermasalahkan para ahli lingkungan yang menemukan fakta bahwa kandungan TEL tersebut sangat mengganggu kesehatan manusia karena sifat racun yang dikandung oleh timah hitam. Oleh karena itu, para pakar kemudian menggunakan zat kimia tanpa timah hitam yang dapat meningkatkan bilangan oktan bensin, yakni zat organik yang dioksigenasi, seperti alkohol dan eter.
Penggunaan MTBE (Methyl Tertiary Buthyl Eter) merupakan pilihan pengganti timah hitam yang dianggap paling baik, tidak higroskopik dan tidak mudah tercampur dengan air. Rapat jenis, tekanan uap dan titik didihnya berada dalam daerah kerja bensin. 
  1. Bahan Bakar Diesel (Solar)
Prinsip pembakaran pada motor disel adalah karena terbakar dengan sendirinya antara campuran solar yang diinjeksikan (dikabutkan) dengan udara yang dimasukkan ke ruang bakar hampir secara adiabatik. Zat pencemar karbon monoksida yang dihasilkan oleh motor disel melalui gas buangannya sangat kecil, karena biasanya mesin disel bekerja dengan kelebihan udara. Tetapi di sisi lain, akan terbentuk nitrogen oksida.
Kualitas penyalaan bahan bakar disel dapat diperhatikan dengan penambahan sejumlah kecil zat kimia tertentu, misalnya nitrat organik, dan peroksida (contoh amilnitrat, asetoperoksida).  Asap yang dipancarkan oleh motor disel adalah partikulat dalam gas buangan yang berisi PAHs dan jelaga. Gas buangan yang berasap hitam merupakan / menandakan kegagalan pembakaran atau adanya pembentukan karbon di ruang bakar atau kerusakan lainnya. Pembentukan jelaga pada pengoperasian mesin disel pada beban penuh dapat dikurangi dengan mengurangi beban mesin. Pada beban rendah, motor disel bekerja dengan campuran miskin, sehingga kemungkinan timbulnya jelaga dapat diperkecil. Oleh karena daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor disel dilihat dari kehitaman warna asap gas buangannya.
Jelaga berwarna hitam yang dipancarkan melalui gas buangan motor disel harus dihindari, karena bukan saja mengganggu lalu lintas, tetapi juga mengandung karsinogen yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia.
  1. Bahan Bakar Gas (BBG) /  Compressed Natural Gas (CNG)
Hampir semua mesin kendaraan bermotor dapat diubah bahan bakarnya dengan bahan bakar gas (BBG) yang menghasilkan polusi lebih rendah. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) pada kendaraan bermotor dapat mengurangi kadar karbon monoksida (CO) sebanyak 90% dan kadar hidrokarbon (HC) 40%. Hal ini terjadi karena penggunaan BBG sangat memungkinkan terjadinya campuran udara - bahan bakar lebih merata, sehingga pembakaran dapat terjadi secara sempurna.
4.         Teknologi Kendaraan Bermotor Berpolusi Rendah    
            Zat pencemar udara yang berasal dari kendaraan bermotor bersumber dari :
- Gas buangan 
- Penguapan bahan bakar
- Blow by gas  
a.      Zat Pencemar dari Gas Buangan Kendaraan Bermotor
Zat pencemar udara utama yang terkandung dalam gas buangan kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari :
- Karbon monoksida (CO)
- Karbon dioksida (CO2)
- Hidrokarbon (HC)
- Partikular
Sedang zat pencemar udara lainnya, seperti sulfur oksida (SOx) dan senyawa timah hitam (Pb) biasanya berasal dari bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan bermotor tersebut. 
1.   Karbon Monoksida (CO)
Pembentukan karbon monoksida di ruang bakar disebabkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna. Oleh karena itu besar atau kecilnya jumlah karbon monoksida yang dihasilkan oleh setiap kendaraan tersebut sangat tergantung pada tingkat kesempurnaan proses pembakaran. Sebagai salah satu contoh, dapat dijelaskan proses terjadinya pembakaran bahan bakar bensin (C8H18) pada ruang enjin otto. Proses pembakaran dapat terjadi sempurna jika kebutuhan oksigen / udara untuk membakar bahan bakar bensin tersebut dijaga pada rasio yang memadai. Oleh karena itu agar proses pembakaran tersebut terjadi secara sempurna, harus memnuhi reaksi kimia tersebut :
2C8H18  +  25O2                              16CO2  +  18H2O
Artinya: Untuk membakar secara sempurna 2 molekul C8H18  diperlukan 25 molekul O2. Dengan perkataan lain, untuk membakar sempurna 228 gr C8H18 diperlukan oksigen seberat 800 gr atau 1 gr C8H18 memerlukan 3,5 gr oksigen. 
2.   Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida (CO2) merupakan hasil pembakaran antara bahan bakar dengan udara di ruang bakar. Karbon dioksida selalu terbentuk di sepanjang proses pembakaran berlangsung. 
3.   Hidrokarbon (HC)  
Hidrokarbon (HC) terbentuk karena adanya bahan bakar yang tidak terbakar pada saat proses pembakaran.
 4. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida (NOx) dihasilkan senyawa nitrogen dan oksida yang terkandung di udara dari campuran udara - bahan bakar. Kedua unsur tersebut bersenyawa jika temperatur di dalam ruang bakar di atas 1.800 oC. 95% dari Nox yang terdapat pada gas buangan berupa nitric oxide (NO) yang terbentuk di dalam ruang bakar, dengan reaksi kimia berikut:
N2  +  O2                     2NO
Nitric oxide ini selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara membentuk nitrogen dioksida (NO2). Dalam kondisi normal, nitrogen (N2) akan stabil berada di udara atmosfer sebesar hampir 80%, namun dalam keadaan temperatur tinggi (di atas sekitar 1.800 oC) dan pada konsentrasi oksigen yang tinggi, maka nitrogen bereaksi dengan oksigen membentuk NO. Pada kondisi ini maka konsentrasi NOx justru akan semakin besar pada proses pembakaran yang sempurna.   
5.   Sulfur Oksida (SOx) dan Senyawa Timah Hitam
Besarnya zat pencemar sulfur oksida (SOx) dan senyawa timah hitam sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan bakar yang mengandung sulfur potensial sebagai sumber penyebab terjadinya sulfur oksida (SOx). Sedangkan bahan bakar yang sengaja menggunakan TEL untuk menaikkan angka oktannya, akan menimbulkan zat pencemar timah hitam.
b.                  Zat Pencemar dari Penguapan Bahan Bakar
Zat pencemar dari penguapan bahan bakar ini biasanya berupa hidrokarbon, berasal dari tangki dan karburator. 
c.                   Zat Pencemar dari Blow-By Gas
Blow-by gas adalah gas yang terbakar maupun tidak terbakar yang menyelip di antara piston dengan dinding silinder, kemudian keluar ke udara melalui cankcase.  Dari uraian di atas, maka hubungan antara sumber pencemar dan zat pencemar utama dari kendaraan bermotor secara garis besar dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

No
Sumber Pencemar
CO
HC
NOx
1
Gas buangan
100 %
55 %
100 %
2
Penguapan bahan bakar
-
25 %
-
3
Blow-by gas
-
20 %
-

4.         Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kehidupan Manusia
a.         Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida tidak berwarna dan tidak berbau, serta molekulnya stabil di atmosfer selama 2-4 bulan. Bernapas dengan menghirup udara yang tercemar oleh gas CO sangat membahayakan kesehatan manusia. Di dalam proses metabolisme darah di dalam tubuh, haemoglobin - karbon monoksida yang mempunyai afinitas 240 kali lebih cepat bila dibandingkan dengan afinitas pembentukan oksigen - haemoglobin.
Gejala pertama terjadinya keracunan gas CO ditandai oleh sesak napas karena kekurangan oksigen. Penderitan yang mendapat gas CO ini segara akan tampak pucat dan apabila tidak segera ditolong dapat segera pingsan dan kematian. Haemoglobin (Hb) dalam darah akan segera melepaskan CO apabila si penderita mendapatkan udara segar kembali. Walaupun keracunan gas CO tersebut dapat diatasi, namun keterlambatan penanganan masalah ini dapat berakibat fatal karena otak dan jantung manusia merupakan organ tubuh sangat vital yang paling peka terhadap kekurangan oksigen dalam darah. 
b.         Gas Karbon Monoksida (CO2)
Tidak bersifat racun, di alam mengalami daur ulang melalui proses fotosintesis. Gas ini di atmosfer dapat menyebabkan timbulnya efek rumah kaca dan ikatan molekul gas ini mampu menyerap radiasi panas cukup banyak sehingga pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan udara terasa lebih panas. 
c.         Hidrokarbon (HC) 
Gas hidrokarbon terdiri atas beberapa macam, mulai dari rantai karbon panjang sampai dengan rantai karbon pendek. Secara umum hidrokarbon di udara merupakan salah satu unsur pembentuk smog (smoke and fog). Insiden smog yang terkenal terjadi di kota London pada tahun 1952 yang berlangsung selama 4-5 hari dan mengakibatkan kematian sampai sekitar 4.000 orang, sebagian besar karbon adalah orang usia lanjut dan penderita penyakit pernapasan.
d.         Sulfur Oksida  (SOx)
Efek gas ini terhadap kesehatan manusia adalah karena sifat iritatifnya. Lebih dari 95% gas SOx dengan kadar tinggi yang terhirup akan diserap oleh saluran pernapasan, gas ini dapat membentuk penderita bronchitis dan lain-lain, penderita penyakit saluran pernapasan menjadi lebih parah keadaannya. Karena itu maka WHO menyatakan bahwa gas SOx sebagai salah satu pencemar udara yang paling berbahaya. Gas SOx dapat membentuk asam sulfat aerosol di udara dan dengan amonia di udara dapat membentuk partikel ammonium sulfat. Partikel senyawa ini jika masuk paru-paru dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang relatif lebih parah pada si penderita dibandingkan dengan efek SOx secara sendiri (efek sinergis).
e.         Nitrogen Oksida (NOx)
Pengaruh nitrogen oksida terhadap lingkungan yang utama adalah sebagai salah satu unsur pembentuk smog. Pengaruh langsung gas NOx terhadap kesehatan tidak diketahui dengan jelas, akan tetapi nitrogen monoksida dalam kadar yang cukup tinggi jika terhirup ke dalam paru-paru akan bereaksi dengan haemoglobin darah dan efeknya sama dengan gas CO. Nitrogen dioksida dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan. 
f.          Timah Hitam
Timah hitam di udara yang berasal dari kendaraan bermotor dapat berupa partikular maupun gas, misalnya sebagai oksida, halida. Timah hitam dapat masuk ke dalam sistem tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan / atau pencernaan. Timah hitam sebagai senyawa halida lebih besar kemungkinannya masuk ke dalam sistem tubuh dibanding dengan sebagai oksida, karena sebagai senyawa halida lebih mudah terhirup dan larut dalam air.  Timah hitam merupakan salah satu jenis logam berat yang dalam jumlah relatif kecil dapat mengganggu kesehatan manusia secara serius, baik berupa keracunan akut maupun akibat akumulatif.
Timah hitam yang terserap dan masuk ke dalam aliran darah akan diangkut dan tersimpan pada jaringan lunak dan jaringan yang mengandung kalsium. Timah hitam tersebut dapat merusak sel karena bereaksi dengan protein (denaturasi). Gejala awal keracunan timah hitam meliputi antara lain gejala-gejala sifat mudah marah, kelesuan, hilang nafsu makan, depresi, sembelit, muntah, kejang perut, gerakan otot tidak terkoordinasi atau melemahnya otot kerja. 
g.         Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah partikel padat atau cair yang sangat halus ukurannya dan berada di udara, termasuk diantaranya asap. Umumnya ukuran partikel tersebut sekitar 5 mikron, yakni ukuran yang dapat masuk ke paru-paru. 
5.         Pengendalian Pencemaran Udara Kendaraan Bermotor     
Berbagai pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh zat pencemar dari kendaraan bermotor, sangat merugikan kehidupan manusia. Karena alasan itu maka berbagai usaha untuk memahami lebih jauh serta pengendalian pencemaran udara tersebut terus dilakukan berbagai pihak. Pemahaman dan pengendalian pencemaran udara dari kendaraan bermotor dapat didekati dari 3 aspek yang dilaksanakan secara simultan, yakni:
1. Penerapan teknologi pengendalian sumber pencemar. 
Dengan mengasumsikan bahwa sumber pencemar dapat dikendalikan atau direduksi hingga berada pada tingkat yang telah ditentukan sebelumnya, untuk memenuhi suatu regulasi dan nilai ambang batas yang diinginkan.
2. Penggunaan bahan bakar yang berkadar pencemaran rendah.
3. Pengendalian transportasi dan lalu lintas yang optimal.    
a.      Teknologi Pengendalian Sumber Pencemar 
Besarnya konsentrasi zat pencemar dari kendaraan bermotor di dalam udara sangat dipengaruhi oleh besarnya zat pencemar yang dihasilkan oleh masing-masing kendaraan bermotor yang bersangkutan serta banyaknya kendaraan bermotor yang menyemburkan zat pencemar pada suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, penggunaan kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat pencemar besar, berarti dengan sengaja memberikan kontribusi peningkatan konsentrasi pencemaran udara di wilayah yang bersangkutan. Usaha penggunaan teknologi motor yang lebih baik, penggunaan bahan bakar berkualitas lebih baik, peningkatan kualitas perawatan serta pengendalian pencemaran udara dari kendaraan bermotor perlu segera dilakukan oleh semua pihak.
Oleh karena itu, para pakar otomotif cenderung melakukan kegiatan rancang bangun dan rekayasa motor yang mengarah kepada teknologi yang kompak, ringan, menghasilkan daya motor yang tinggi dengan zat pencemar yang rendah , serta irit bahan bakar. Untuk itu beberapa pakar otomotif telah mengembangkan berbagai teknologi kendaraan bermotor, antara lain: penyempurnaan sistem pembakaran, penggunaan peralatan elektronik, pemilihan / penggunaan bahan bakar kualitasnya lebih baik, melaksanakan perawatan dengan baik, melaksanakan pengujian terhadap setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan dijalan dan lain sebagainya.
Namun demikian, memilih teknologi yang tepat dalam rangka menurunkan dan / atau mengendalikan zat pencemar kendaraan bermotor kadang-kadang mengalami kesulitan, karena usaha penurunan kadar polutan tersebut biasanya diikuti oleh penurunan tenaga motor dan /atau konsumsi bahan bakar bertambah boros dan / atau memerlukan biaya yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh korelasi yang sangat erat antara faktor satu dengan faktor lainnya, sedemikian rupa sehingga memperbaiki parameter yang satu dapat memperburuk parameter yang lain.
Mengingat kebutuhan yang sangat mendesak, semua pihak diharuskan untuk menurunkan kadar polutan gas buangan kendaraan bermotor meskipun perlu diikuti pengorbanan, berupa penurunan tenaga mesin, pemakaian bahan bakar yang lebih poros maupun biaya relatif lebih tinggi. Oleh karena itu, banyak para ahli teknologi kendaraan bermotor bekerja keras untuk mengembangkan cara yang lebih efektif dan efisien untuk mengendalikan zat pencemar gas buangan kendaraan bermotor dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. 
b.      Penggunaan Bahan Bakar Berkadar Pencemaran Rendah   
1.      Dari sekian jenis zat pencemar dari kendaraan bermotor terdapat jenis zat pencemar yang keberadaannya sangat ditentukan oleh kualitas atau unsur-unsur yng terkandung dalam bahan bakar yang digunakan. Zat pencemar dimaksud adalah timah hitam dan sulfur.
2.      Timah hitam yang dihirup masuk ke paru-paru sangat membahayakan kesehatan anusia. Zat ini sengaja ditambahkan ke dalam bensin dalam bentuk tetra-ethyl lead  atua tetra methyl lead, karena merupakan cara paling murah untuk menaikkan bilangan oktan bensin. 
3.      Dalam proses pembakaran, timah hitam tidak tertinggal di ruang bakar, tetapi diemisikan ke udara bersama-sama dengan gas buangan kendaraan bermotor.
4.      Bahan bakar bensin yang tidak mengandung timah hitam, namun tetap mempunyai bilangan oktan tinggi telah digunakan dan dikembangkan di beberapa negara. Oleh karena itu, para pakar otomotif telah mengembangkan rancang bangun dan rekayasa motor modern dengan menggunakan bahan bakar bebas timah hitam.  
5.      Penggunaan bahan bakar gas (BBG) sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor merupakan salah satu jawaban terhadap permasalahan pengendalian pencemaran uadra dari kendaraan bermotor. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar jenis ini mampu meredusir kadar pencemaran sebesar lebih 90% bila dibandingkan dengan bensin. Namun, penurunan kadar emisi gas buangan tersebut diikuti  dengan penurunan daya sekitar 10 – 17%. Walaupun demikian, penggunaan bahan bakar alternatif jenis ini perlu ditingkatkan. 
6.      Di samping itu, masih banyak energi alternatif lain yang membantu kebijaksanaan udara bersih, antara lain penggunaan energi listrik, hidrogen, energi matahari, dan lain sebagainya. Namun energi jenis ini masih dalam penelitian dan percobaan negara maju.  
c.       Pengendalian System Transportasi dan Lalu Lintas Secara Optimal
1.      Konsentrasi zat pencemar udara dari kendaraan bermotor sangat bergantung pada kadar zat pencemar yang diemisikan oleh masing-masing kendaraan bermotor serta jumlah kendaraan bermotor yang dioperasikan paad suatu wilayah / daerah dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, pengendalian sistem transportasi dan lalu lintas secara optimal merupakan salah satu cara untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar tersebut. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah masalah pemilihan sarana angkutan yang tepat, optimalisasi pemanfaatan ruas jalan, mengemudikan kendaraan bermotor secara baik dan benar, kondisi lingkungan transportasi dan lalu lintas, kelancaran lalu lintas sistem pengaturan dan pengendalian dan lain sebagainya.
2.      Pemilihan sarana angkutan umum yang bersifat massal merupakan salah satu usaha untuk memanfaatkan ruas jalan secara optimal. Pemilihan sarana angkutan massal tersebut di samping dapat memecahkan masalah transportasi, juga sangat membantu penataan kondisi lalu lintas yang lebih lancar, menghemat pemakaian energi per penumpang / ton barang, tarif yang relatif murah, mengurangi banyaknya konsentrasi zat pencemar di udara, dan lain sebagainya. Untuk itu, Departemen Perhubungan telah menetapkan kebijaksanaan yang mengarahkan penggunaan sarana pengangkutan yang bersifat massal ini.
3.      Ketrampilan serta tingkah laku pengemudi kendaraan bermotor juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya zat pencemar yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor bahwa ada hubungan yang sangat erat antara cara mengemudikan kendaraan bermotor dengan besarnya zat pencemar yang dihasilkannya. 
-           Gas CO meningkat, jika kendaraan bermotor diperlambat atau dalam keadaan idling.
-           Gas HC meningkat pada saat terjadinya penggantian persneling dan kendaraan bermotor mengalami perlambatan.
-           Gas NOx meningkat pada saat kendaraan bermotor dipercepat.
Dari hasil penelitian di atas, maka setiap pengemudi seharusnya memiliki informasi, pengetahuan serta ketrampilan yang memadai tentang prosedur mengemudikan kendaraan bermotor dengan baik dan benar. Dengan demikian maka dapat mendorong kesuksesan program pengendalian pencemaran udara di Indonesia.



C.                 PENUTUP
Pemilihan teknologi transportasi yang berwawasan lingkungan harus tetap dalam konteks pencapaian tujuan penyelenggaraan transportasi tersebut. Salah satu bentuk teknologi transportasi yang berwawasan lingkungan tersebut adalah penerapan teknologi pengendalian sumber zat pencemar udara yang dinilai paling dominan. Dari hasil penelitian, baik di dalam negeri maupun di luar negeri ternyata penggunaan kendaraan bermotor dijalan terutama di kota-kota besar, merupakan sumber zat pencemar udara yang paling dominan.
Pencemaran udara akan terus menerus terjadi, tidak dapat dihilangkan dan diusahakan hanya mengurangi, sedemikian sehingga tidak mengganggu dan membahayakan kehidupan. Pencemaran udara oleh zat pencemar dari kendaraan bermotor sangat merugikan dan mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu dikendalikan dengan memperhatikan seluruh faktor pengaruh dan tetap dalam konteks pencapaian tujuan penyelenggaraan transportasi. Pengendalian pencemaran udara dari kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni: 
a. Penerapan teknologi pengendalian sumber pencemar.
b. Penggunaan bahan bakar berkadar pencemaran rendah.
c. Pengendalian sistem transportasi dan lalu lintas secara optimal. 
Penggunaan kendaraan bermotor umum yang bersifat massal merupakan salah satu cara mengurangi besarnya pencemaran udara. Penggunaan bahan bakar yang berpolutan rendah juga merupakan cara lain untuk mengurangi besarnya pencemaran udara. Masalah pengendalian pencemaran udara merupakan tanggung jawab semua pihak. 
Diperlukan juga program pengendalian pencemaran udara secara menyeluruh dan konsisten dengan mengikutsertakan semua pihak yang terkait. Sudah waktunya melakukan penelitian tentang kondisi pencemaran udara di beberapa kota besar di Indonesia. Data hasil penelitian digunakan untuk merumuskan kebijaksanaan dan program pengendaliannya. Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan program pengendalian pencemaran udara, perlu ditumbuhkan rasa tanggung jawab serta partisipasi aktif dari semua pihak.
Share:

0 Comments:

Posting Komentar