Review Sesi I Akademi Siroh (Sabtu, 23 Januari 2016)
Permasalahan Jahiliyah bersama Ust Asep Sobari, Lc.
Oleh: Syah Azis Perangin Angin
Kuttab Al-Fatih Semarang
Jika kita mengkaji tentang siroh nabi (sejarah Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam), maka kita kajian tentang Jahiliyah haruslah dipahami terlebih
dengan baik. Kehadiran Nabi Muhammad sangatlah berkaitan dengan masa
sebelumnya. Di mana kelahiran nabi muhammad bisa dikatakan sebagai akibat dari
keadaan sebelumnya. Yang mana keadaan sebelumnya adalah merupakan masa Jahiliyah.
Jahiliyah itu bukanlah sepenuhnya berkaitan dengan sesuatu yang primitif
sebagaimana yang mungkin kita pahami selama ini. Karena contoh-contoh yang
biasanya dihadirkan tentang jahiliyah adalah bentuk-bentuk perlakuan yang tidak
manusiawi seperti pembunuhan, minum minuman keras, perbudakan, perzinaan, dan
lain sebagainya. Bentuk-bentuk tersebut hanyalah berupa sifat, tapi esensi dari
jahiliyah itu sendiri bukanlah itu. Contoh-contoh tersebut pun hari ini masih
bisa kita lihat di masyarakat bahkan bisa jadi lebih parah. Lantas, apakah hari
ini bisa dikatakan masa jahiliyah? Bahkan ada yang mengistilahkan dengan
"jahiliyah modern".
Dalam terminologi agama Islam, kata "jahil" memiliki lawan kata
"alim" di mana kata "alim" yang berarti memiliki ilmu. Di
mana ilmu itu mutlak berasal dari Allah dan menghasilkan keyakinan dan orang
yang berilmu itu akan memiliki rasa takut kepada Allah. Sedangkan
"Jahil" adalah lawan dari kata 'Alim". Sehingga dengan mudah
dapat disimpulkan dengan pemahaman kebalikannya bahwa jahil itu tidak memiliki
ilmu yang bersumber dari Allah yang dapat menghasilkan keyakinan sehingga orang
yang jahil itu tidak akan memiliki rasa takut kepada Allah.
Allah menjelaskan ilmu melalui Al-Qur'an dan hadits Rasulullah, sehingga
bisa dipahami bahwa masa jahiliyah itu masa sebelum Nabi Muhammad diangkat
menjadi rasul dan Al-Qur'an diwahyukan. Di mana saat itu tatanan kehidupan
sudah tidak berlandaskan pada wahyu
Allah. Ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad
hampir punah dan sangat sulit untuk ditemukan. Yang tertinggal hanya nama dan
sangat banyak isi ajaran yang telah diselewengkan.
Jahil di sini bukanlah tidak berpengetahuan (ma'rifat). Bisa jadi orang
yang jahil ini memiliki pengetahuan bahkan lebih tinggi dari pengetahuan kita
hari ini, tapi pengetahuannya itu tidak sampai pada derajat ilmu. Sehingga
pengetahuannya tidak melahirkan keyakinan dan tidak menjadikan takut kepada
Allah.
Lihatlah bangsa Arab ketika Al-Qur'an diturunkan. Mereka memiliki
pengetahuan yang hebat terutama dalam hal perniagaan dan politik. Bangsa Arab
mampu melakukan perniagaan dengan memanfaatkan posisi mereka yang berada di
antara dua peradaban besar yaitu Persia dan Romawi dengan tidak memihak salah
satu pihak (politik non blok).
Al-Qur'an diturunkan dan Muhammad diangkat menjadi Rasul adalah merupakan
respon terhadap kejahiliahan yang ada. Di mana kejahiliyahan tidak hanya
terjadi di Arab, tetapi juga di luar Arab. Yang dekat dengan Arab adalah dua
imperium besar yaitu Romawi dan Persia. Mereka adalah bangsa yang besar dan
maju ketika itu, juga memiliki pengetahuan yang luas. Tetapi pengetahuan mereka
tidak sampai pada derajat ilmu karena tidak menjadikan wahyu sebagai asas
tatanan kehidupan.
Oleh karena itu, kita yang hidup sekarang ini jika tidak ingin kembali pada
masa jahiliyah maka hendaklah menjadikan ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadits sebagai pijakan dalam kehidupan baik secara pribadi maupun sosial
berbangsa dan bernegara.