This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Bambang Herry Subrastawa, Pendekar Lingkungan
Catatan Muskerwil FLP Jateng 2012
Hufh.. Hari itu memang cukup melelahkan setelah bergelut dengan dunia kampus dan FLP selama lebih kurang 2 minggu untuk dua kegiatan besar sekaligus. Di saat aku sedang ujian semester II di Magister Ilmu Lingkungan Univ. Diponegoro, aku juga harus merancang serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan Forum Lingkar Pena (FLP). Alhamdulillah, atas segala kemudahan yang diberikan oleh ALlah SWT kedua urusan yang sangat urgen tersebut dapat terlaksana dengan baik meskipun samapai saat ini hasil semesteranku belum keluar. Namin kuyakin bahwa meskipun hasil mungkin tidak perfect-perfect banget tapai paling tidak semoga tidak ada mata kuliah yang mendapat nilai ""C".
Sedangkan untukk acara ke-FLP-an, saya bersama teman-teman pengurus FLP Semarang diamanahi untuk menjadi opanitia Musawarah Kerja WIlayah FLP Jawa Tengah yang dilaksanakn pada hari Sabtu-Ahad, 30 Juni - 01 Juli 2012 di SDIT Cahaya Bangsa Mijen, Semarang. ALhamdulillahdengan rasa syukur acara tersebut [pun bisa dibilang berjalan dengan lancar karena seluruh agen da acar yang direncnakan terlaksana semuanya meskipun masih ditemukankekurangan di sana-sini teruma masalaha waktu yang memang masih suka molor.
My Great 26th Years Old
Cinta Kepada Rasul
Enaknya Nikah di masa Kuliah
Terlambat Surprise
Alhamdulillah akhirnya tiba juga di kampus. Kampus yang aku cintai, tempatku menimba ilmu untuk harapan masa depanku. Plang gapuranya senantiasa mengingatkanku agar sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dilandasi keimanan kapada Allah, dan senantiasa berbagi kepada sesama makhluk-Nya terutama manusia. “Diniyah – Ilmiyah – Ukhuwah”. Hanya terdiri dari tiga kata tapi memiliki makna dan pengaruh yang luar bisa terhadap siapa saja yang masuk ke dalam kampus ini.
Perasaanku mulai lega setelah turun dari bis DAMRI jurusan Pucang Gading – Ngaliyan. Walaupun tadinya AC bis terasa dingin, tapi badanku tetap saja terasa gerah khawatir hari ini aku terlambat masuk kelas. Jalanan yang ramai menyebabkan bus berjalan lambat. Maklum masih pagi-pagi, semua orang berangkat kerja dan mungkin khawatir terlambat juga.
Dengan langkah yang terburu-buru aku berjalan menuju ruangan kelas tempatku kuliah hari ini. Jaraknya dari gapura masih sekitar 300 meter membuatku harus berjalan tergesa-gesa. Walau masih sekitar pukul tujuh pagi tetapi matahari sudah tidak lagi bersahabat. Teriknya membuat keringatku bercucuran seperti orang yang habis mandi dan tidak menggunakan handuk. Untung pagi ini aku bawa topi patku yang mungil jadi bisa sedikit melindungi kepala dan muka dari sengatan matahari yang terasa menampar pipiku.
Sepertinya hari ini aku benar-benar terlambat. Tidak ada lagi teman–teman yang duduk bercengkerama di depan teras kelas. Biasanya sebelum masuk kami menunggu dosen di depan kelas sambil berbincang-bincang sekedar menghilangkan rasa kangen dengan sesama teman-teman atau berdiskusi tentang pelajaran. Tapi, pagi ini aku tidak sempat melihat sesosok pun di depan kelas karena memang aku datang kesiangan hari ini.
Sejenak kulihat hand phoneku yang selama ini kujadikan sebagai alternatif pengganti jam tangan. Ternyata masih pukul 07.05 Wib. Baru terlambat lima menit tapi dari kaca jendela terlihat Pak Sudi seorang dosen entrepreneurship sedang membacakan daftar hadir mahasiswa. Kebetulan ruangan kelas tempatku kuliah pagi ini dan hanya setengah tembok jadi keadaan kelas jelas terlihat dari luar bahkan suara dari dalam ruangan pun terdengar jelas dari luar.
“Marvel... Tunggu!”
Tiba-tiba aku mendengar ada suara sumbang memanggilku. Aku langsung menorehkan pandanganku mencari sumber suara itu. Benar, ternyata dia Andi teman sekelasku juga yang juga ketua komting kelas. Dari jauh kelihatan Andi berjalan dari arah kantor dekanat. Ada apa gerangan, tiba-tiba ia menyeruku seakan mencegahku untuk tidak masuk kelas. Padahal aku sudah terburu-buru masuk kelas.
“Vel. Kamu diminta pak dekan menghadap sekarang”
Tanpa basa-basi ia langsung menodongkan kata-kata itu kepadaku. Kelihatannya penting sekali. Tidak bisa ditunda.
“Tapi kita kan sudah terlambat, nanti aja lah”, aku mencoba berkilah
“Kata pak dekan penting, sebentar lagi ia mau ke luar”, Andi mencoba memberi penegasan terhadap perintah pak dekan.
“Ya sudah, aku ke sana sekarang”
Tanpa menghiraukan kelas aku langsung menuju kantor mencari pak dekan. Aku merasa seruan pak dekan lebih penting daripada pelajaran. Paling-paling juga sebentar, mungkin ada informasi penting buatku sedangkan pak dekan memang super sibuk jadi aku harus menghadapnya sekarang juga. Aku masih penasaran ada perlu apa sampai pak dekan memanggilku. Aku melihat plang kehadiran pejabat dekanat yang menunjukkan bahwa pak dekan memang hadir. Setelah sampai di kantornya ternyata belia tidak ada.
Aku mencari pak Dekan ke setiap sudut kantor tapi hasilnya nihil, aku tidak menemukan beliau. Mungkin beliau memang sudah berangkat, karena tadi Andi bilang kalau pak Dekan mau keluar sebentar lagi.
Itu ada pak Narjo, seorang TU kantor yang kebetulan sedang duduk manis menonton berita TV di ruangan TU kantor.
“Maaf pak.. Pak Dekan mana ya?”
“Pak Dekan belum datang” pak Narjo menjawab dengan tegas.
“Tapi di plang beliau kok ada ya?” dengan perasaan heran aku kembali mempertanyakaan kehadiran pak Dekan.
“O.. itu kemarin.. belum diubah lagi”
Mendengar jawaban pak Narjo, aku sedikit kecewa. Dan kembali ke kelas.
Masya Allah.. Sudah setengah delapan. Aku lupa kalau hari ini aku telat masuk. Aku tergesa-gesa kembali menuju kelas. Masalah pak Dekan nanti saja aku temui. Barangkali Pak Narjo belum melihat pak dekan hari ini.
Sesampainya di depan kelas, aku berusaha masuk kelas dengan mencoba mengalihkan perhatian Pak Sudi. Aku mengetuk pintu sambil mengucap salam, walaupun sebenarnya pintu kelas tersebut terbuka lebar.
Tok.. Tok.. Tok “Assalamu’alaikum.. Maaf Pak, saya terlambat”
Dengan perasaan bersalah aku langsung menuju beliau dan meminta maaf. Aku berharap aku akan diizinkan masuk kelas dan belajar bersama teman-teman yang lain.
“WA’ALAIKUM SALAM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH”
Seluruh teman-teman menjawab salamku dengan serempak, kompak, mantap, dan penuh semangat. Heran, tidak biasanya seperti ini. Kalau ada yang mengucap salam biasanya kami hanya menjawab seikhlasnya seakan-akan takut kehilangan suara bahkan ada juga yang tidak menjawab padahal mereka tahu kalau menjawab salam itu wajib hukumnya. Ah.. mungkin mereka mengejekku karena aku terlambat pagi ini.
“Wa’alaikum salam. Marvel, pintunya ditutup dari luar!”
Pak sudi menjawab salamku dengan tegas. Perintahnya yang terakhir membuatku ketakutan untuk menyampaikan alasan keterlambatanku. Tapi aku akan tetap berusaha agar aku bisa masuk kelas pagi ini.
“Ma’af Pak. Tadi jalanan macet. Ada kecelakaan sesampai di depan kelas pun saya dipanggil pak dekan, tapi ternyata beliau juga tidak ada di kantor padahal aku sudah mencarinya”
Dengan mulut yang sedikit bergetar dan alasan yang berbelit-belit aku mencoba merayu pak Sudi agar aku diizinkan masuk. Bahkan aku berbohong agar boleh masuk kelas dengan menyebutkan ada kecelakaan di jalan. Ya.. berita kecelakaan yang aku dengar tadi pagi di radio.
Tapi pak Sudi mengan dosen yang tidak kenal alasan, bahkan rayuanku pun tak mempan.
“Pintunya ditutup dari luar”
Tidak biasanya beliau seperti ini. Setahuku, beliau adalah dosen yang ramah, penuh perhatian, dan dekat dengan mahasiswa termasuk denganku. Tapi pagi ini beliau terasa jauh sekali seperti aku sedang tidak mengenalnya lagi. Atau apa memang ia lupa denganku. Kalau pintunya ditutup dari luar tentu aku tidak bisa masuk kelas. Tidak mungkinlah kalau aku masuk kelas dari jendela. Apalagi dari atap. Padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar pagi ini aku tidak terlambat masuk kelas.
Dengan menggigit jari aku ke luar ruangan kelas dan tidak lupa melaksanakan perintah pak Sudi untuk menutup pintu kelas dari luar. Mukaku merah merona. Malu dengan teman-teman semua mata terlihat mengarah kepadaku tapi tatapan mereka menyimpan seribu rahasia. Bukan perasaan kasihan yang aku rasakan, tapi senyuman. Senyuman manis teman-teman yang terpancar dari bibir dan matanya.
Alhamdulillah, di depan kelas ada bangku tempat kami biasa nongkrong. Walaupun tidak bisa masuk kelas tapi tetap bisa belajar. Tembok dan kaca-kaca jendela kelas tidak menjadi penghalang. Karena kelasku tidak terlalu tertutup. Kaca-kaca temboknya hanya setengah tembok jadi suar dari luar masih jelas terdengar di telinga.
Aku duduk manis sambil melihat ke dalam kelas, mendengarkan penjelasan pak dosen. Hal ini mengingatkanku pada sesosok pejuang perempuan bangsa ini, Kartini. Permpuan yang pernah memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan sama seperti laki-laki. Aku tersenyum kepada teman-temanku perempuanku yang sedang berada di dalam kelas. Aku melihat Kartini-Kartini baru tetap memperjuangkan nasib perempuan dengan tidak menyia-nyiakan perjuangan Kartini membebaskan perempuan untuk dapat mendapatkan pendidikan setara dengan laki-laki.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul delapan, sekitar setengah jam lagi kelas akan berakhir. Tapi ternyata masih ada temanku yang terlambat datang masuk kelas. Ayu namanya, persis seperti orangnya yang memang benar-benar cantik dan pujaan setiap kaum Adam yang ada di kampusku. Bukan cuma cantik, ia juga pintar dan cerdas aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa. Bahkan yang membuatku salut ia memang berbeda dengan wanita lain. Sangat menjaga kehormatan sebagai seorang perempuan. Bahkan ketika berbicara dengan lawan jenis ia senantiasa merundukkan pandangannya dan merendahkan suaranya. Seandainya...
Aku hanya tersenyum melihatnya. Aku tahu kami sama-sama terlambat dan membiarkannya begitu saja masuk ke dalam kelas. Dalam hati aku berfikir nanti anak ini bakal di depak juga dari dalam kelas oleh Pak Sudi.
Setelah masuk kelas Ayu langsung dipersilahkan duduk oleh Pak Sudi. Aku mulai geram dan berpikiran buruk terhadap Pak Sudi. Aku yang terlambat setengah jam disuruh menutup pintu dari luar sedangkan Ayu yang terlambat satu jam lebih dipersilakan duduk manis begitu saja. Ini tidak adil, jangan-jangan antara Pak Sudi dan Ayu ada apa-apanya. Kami kan sama-sama mahasiswa walaupun aku sadar aku banyak kekurangan dibandingkan Ayu.
Astagfirullah.. kok aku berfikiran seperti ini. Aku mencoba menenangkan diri dengan tetap duduk manis di depan kelas. Karena walaupun aku ga masuk aku tetap bisa belajar dan mendengarkan penjelasan Pak Sudi. Aku hanya bertekat untuk tidak terlambat di lain waktu.
Sesaat sebelum keluar jam kuliah berakhir, seorang mahasiswa diminta untuk memanggilku masuk ke dalam kelas. Perasaanku mulai lega. Tapi menurutku ya sama saja. Aku dipanggil masuk kelas setelah jam pelajaran hampir selesai. Paling-paling hanya dikasih tugas untuk dikerjakan di rumah. tapi tidak mengapalah yang penting aku sudah diperslihkan masuk.
Setelah mengucap salam aku langsung masuk kelas. Tapi aku kaget, tiba-tiba pak Sudi bernyanyi bersama teman-teman yang lain. Kompak, semangat, dan penuh senyuman. Ditambah lagi iringan tepuk tangan dari seluruh teman-teman membuat suasana bertambah hidup. Menandakan bahwa hari ini adalah hari bahagia.
“Happy birthday to you… Happy birthday to you…”
“Happy birthday… Happy birthday…”
“Happy Birthday to you...”
Aku diminta meniupkan lilin yang sudah disiapkan oleh teman-teman.
“Tiup lilinnya... Tiup lilinnya...”
“Tiup lilinnya sekarang juga... Sekarang juga...”
“Sekarang juga...”
Tiba-tiba air mataku menetes. Ternyata teman-teman memiliki perhatian yang lebih kepadaku dibandingkan dengan diriku sendiri, pemilik raga ini. Aku sendiri lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku tidak salah menilai pak Sudi. Beliau benar-benar sangat perhatian sampai di hari yang mengharukan ini ia memberikan aku kado ulang tahun dengan cara mengerjaiuku.
Ternyata Andi dan Ayu adalah skenario pak Sudi untuk menguji kesabaranku. Andi diperintahkan untuk menghalangiku masuk kelas agar aku terlambat. Sementara Ayu hampir saja memancing emosiku kemarahanku terhadap Pak Sudi. Mata teman-teman yang tadinya menyimpan seribu bahasa ternyata mereka sudah tidak sabar mengucapkan selamat ulah tahun kepadaku.
Mereka meminta maaf karena telah mengerjaiku, tapi menurutku tidak ada yang perlu dimaafkan aku hanya bisa berterima kasih kepada mereka atas perhatian yang merek curahkan terhadap diriku, bahkan melebihi diriku. Walaupun hanya hidup sebatang kara di perantauan tetapi di sini aku menemukan sejuta keluarga yang selalu menemaniku dalam keadaan susah maupun senang..
Waktu sudah menunjukkan pukul 8.40 Wib, waktunya untuk berganti jam pelajaran. Kali ini pelajaran baru akan dimulai lagi setelah pak Sudi keluar dari ruangan kelas. Di jam yang selanjutnya ruangan kelas kami masih di tempat yang sama, jadi kami tidak perlu sibuk berpindah ke ruang lain.
Setelah menunggu sepuluh menit, dosen berikutnya belum datang juga. Setelah ini yang masuk adalah Pak Karto, dosen Filsafat. Andi mencoba memanggil Pak Karto ke ruang dosen. Sebelum keluar ruangan tiba-tiba terdengar salam dari pak Karto.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alikum salam Warahmatullahi wabarakatuh”
Teman teman menjawab salam Pak Karto dengan sempurna sambil mempersiapkan duduk mereka masing-masing untuk menerima pelajaran filsafat dari Pak Karto. Keadaan menjadi tegang. Semua mahasiswa takut dengan Pak Karto karena beliau terkenal dosen yang paling disiplin sehingga teman-teman menyebutnya si Killer.
“Kok terlambat Pak?”
Saya mencoba mencairkan suasana dengan memberanikan diri bertanya kepada beliau. Teman-teman heran. Aku yang berusaha mencairkan suasana malah sebaliknya, semakin tegang dan semuanya terdiam. Seandainya ada jarum jahit yang terjatuh pun mungkin akan jelas kedengaran. Tapi aku tidak takut. Menurutku ini adalah bentuk perhatianku terhadap beliau. Aku hanya mencoba mencari alasan beliau atas keterlambatannya. Tadi aku terlambat tapi seluruh alasanku ditolak oleh Pak Sudi walaupun sebenarnya mereka cuma mengerjaiku.
Aku hanya penasaran. Seorang mahasiswa kalau terlambat biasanya memiliki seribu alasan yang mungkin juga dibuat-buat. Sekarang apa alasan seorang dosen yang datang terlambat. Karena sepengetahuanku Pak Karto sering menuntut mahasiswa untuk disiplin, maka ia pun harus disiplin memberikan contoh pada mahasiswanya.
“Tidak ada kata untuk terlambat. Dikatakan terlambat jika dosen masuk kelas mendahului mahasiswa”
Tiba-tiba teman-teman tertawa mendengar jawaban Pak Karto. Sepertinya tidak ada yang lucu. Tapi teman-teman kenapa tertawa. Apa makna tawa yang kelur dari mulut teman-teman itu. Bahkan aku hanya tersenyum sinis mendengar jawaban yang begitu ringan. Dalam benak, aku hanya berpikir mungkin karena alasan ini terlalu banyak dosen yang terlambat masuk kelas.
(Diterbitkan dalam Antologi Cerpen "Sekolah Kolang Langit" Forum Lingkar Pena (FLP) Semarang, Semarang: pm-publisher, 2011)
Pencak Silat: Wadah Pemersatu Bangsa Indonesia
Mencari Teknologi Transportasi Berwawasan Lingkungan
Selangkah Demi Selangkah
Mitos Tumbuhan dan Kearifan Ekologi Suku Batak
Mengembalikan Spirit yang Hilang
Oleh: Syah Azis Nangin
Judul : Meremas Sampah Menjadi Emas
Penulis : Ekky Malaky, Afifah Afra, dkk.
Penerbit : Afra Publishing, Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi, Solo.
Cetakan : 1, Oktober 2008
Tebal : 208 Halaman
Buka-Buka Buku di Radio Gajahmada FM
Sejak Saat Itu
Sejak pertama kutulis puisi untukmu..
Melerai segenap rasa rinduku..
Pada dirimu yang terlalu sempurna bagiku..
Hingga saat nanti kita bisa berpadu..
Atau hanya berakhir dengan mimpi semu..
Di mana hati ini akan berlabuh?
Hal kecil yang Dapat Membatalkan Sholat
Kabupaten Karo
Memahami Hakikat Hidup
Hidup di dunia ini hanya sementara. Walaupun sementara, tetapi ia merupakan sebuah jembatan menuju kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Karena itu kita harus mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk dibawa ke akhirat kelak. Yaitu dengan cara beribadah kepada Allah SWT, menjadikan diri sebagai hamba Allah SWT. Karena pada hakikatnya, manusia adalah hamba Allah. Dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat [51] : 56 Allah SWT berfirman, yang artinya “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya beribadah kepadaku”
Untuk memahami secara mendasar mengenai hakikat hidup maka ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dipahami yaitu dari mana kita berasal, bagaimana dan untuk apa kita hidup, serta ke mana setelah mati nanti. Hal ini perlu kita pahami agar hidup kita di dunia ini menjadi terarah dengan baik. Tidak seperti layangan yang terputus, atau buih yang dihempaskan oleh gelombang laut atau bahkan seperti kapal tanpa nakhoda yang suatu saat bisa menabrak karang sehingga mengakibatkan kehancuran pada kapal tersebut.
Terkait dengan dari mana kita berasal, bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk cipataan Allah SWT. Manusia tidak hadir dengan sendirinya. Apalagi hasil dari evolusi makhluk dari satu bentuk ke bentuk lain. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur’an maupun Hadits Rasul yang menyebutkan bahwa manusia adalah cipataan Allah SWT. Di antaranya terdapat Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2]: 21 yang artinya, “Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.”
Terkait dengan untuk apa dan bagaimana manusia ini hidup di dunia, maka jawabannya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perinta-Nnya dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Bayyinah [98]: 5, “Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.”
Sedangkan pertanyaan yang terakhir terkait dengan ke mana manusia setelah mati, maka jawabannya adalah bahwa setelah mati akan ada hari kiamat / hari akhir. Hari tersebut merupakan hari yang didahului dengan musnahnya alam semesta ini. Sehingga seluruh makhluk hidup yang ada di bumi akan mati, dan bumi pun akan berganti, bukan seperti bumi atau langit yang kita rasakan saat ini. Selanjutnya Allah SWT menciptakan alam lain yaitu alam akhirat. Di sanalah manusia akan dihidupkan lagi setelah mati dan menjalani kehidupan yang kedua kalinya. Setiap jiwa akan ditimbang seluruh amalannya baik yang berupa kebaikan maupun keburukan. Selanjutnya manusia akan ditempatkan di surga atau neraka sesuai dengan timbangan amalannya semasa di dunia. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun [23]: 15-16 yang artinya, “Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan dari kuburmu di Hari Kiamat.”
Di samping kita mempersiapkan diri untuk menuju kehidupan akhirat, kita tentu tidak boleh melupakan kehidupan dunia karena kehidupan dunia merupakan sarana untuk menuju kehidupan akhirat. Baik buruknya kehidupan kita di akhirat tidak terlepas dari baik atau buruknya kehidupan kita di dunia saat ini. Setiap usai sholat, kita sering berdoa agar Allah memberikan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat. Sehingga kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kita tidak menjadi timpang.
Seorang sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a. pernah menyebutkan, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok.” Ungkapan tersebut sangat tenar di kalangan kaum muslimin sehingga banyak yang menyebutkan bahwa ini adalah sebuah hadits meskipun sebenarnya bukan hadits Rasululullah. Meski demikian ungkapan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu penyemangat hidup kita sehingga kita rajin bekerja dan rajin beribadah. Bahkan pekerjaan yang sifatnya duniawi juga bisa dijadikan sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah untuk mempersiapkan hari akhir kelak. Caranya adalah dengan menjadikan segala aktivitas hanya untuk mendapatkan ridho Allah semata, lillahi ta’ala.
Melalui jawaban tentang tiga pertanyaan mendasar di atas yaitu “dari mana manusia berasal?”, “untuk apa manusia hidup?” dan “ke mana setelah mati?”, tersingkaplah dengan gamblang hakikat hidup seorang muslim, dari mana awalnya dan di mana ia akan berakhir. Sungguh hakikat hidup seorang muslim yakni untuk beribadah kepada Allah yang telah menciptakannya di dunia, agar kelak bisa hidup bahagia kekal abadi di surga. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan semacam ini, maka hidupnya tentu tidak terarah dan sia-sia karena tidak ada tujuan dan cita-citanya. Maka, hidup seorang muslim adalah hidup dengan misi yang agung, hidup yang terarah dan mantap, serta hidup yang bermutu tinggi dengan keyakinan akan kegemilangan hidup hakiki yang abadi di akhirat kelak.
Sebagai contoh ringan, makan. Pekerjaan yang kita kerjakan rutin setiap hari. Makanan yang kita makan akan bernilai ibadah jika kita makanan dengan harapan makanan tersebut menjadi energi bagi kita sehingga kita kuat melakukan ibadah mahdhoh, ibadah yang diperintahkan Allah dengan segala dalilnya dan ibadah ghoiru mahdhoh, pekerjaan harian yang dapat bernilai ibadah meskipun tidak ada dalil yang menerangkannya secara teknis. Misalkan mengajar. Kita mengajar orang lain untuk berbuat kebaikan, maka makan kita tadi dan tindakan kita mengajar pastinya akan bernilai kebaikan di hadapan Allah SWT.
Di samping ibadah dan amal, ada hal lain yang harus kita miliki sehingga penghambaan kita kepada Allah lebih sempurna, yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan sarana utama yang dapat menghantarkan kita kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Imam Asy-Syafi’i -rahimahullah-, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Nawawi -rahimahullah- dalam kitab beliau Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (1/30) dan dalam Tahdzibul Asma` (1/74) disebutkan, “barang siapa yang menginginkan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat maka wajib baginya untuk memiliki ilmu pengetahuan, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka wajib baginya untuk memiliki ilmu.”
Tentu akan berbeda nilainya di sisi Allah, orang yang beribadah kepada Allah dengan dasar ilmu pengetahuan, dengan orang yang beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan. Karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dan pastinya berbeda antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu. Sehingga Rasululah menyebutkan, “menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim”. (Shahihul Jami’ 3913)
Kesemuanya hal di atas dapat dipadukan dengan sebaik-baiknya. Dunia, akhirat, dan ilmu pengetahuan merupakan satu kesatuan utuh yang tidak boleh dipisah-pisahkan sehingga kita benar-benar mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Amal kita menjadi imaniah dan ilmiah, iman kita ilmiah dan amaliyah, begitu juga dengan ilmu kita menjadi imaniyah dan amaliyah. Dengan demikian seluruh aspek kehidupan kita akan bernilai penghambaan kepada Allah SWT. Dan itulah hakikat hidup manusia.